“Kalau perhitungan kasarnya untuk 4000 ekor nila biaya yang harus dikeluarkan hingga panen sekitar Rp 6 juta – Rp 7 juta. Sementara jika panen sukses maka hasilnya bisa mencapai Rp 20 juta – Rp 25 juta, dalam kurun waktu panen sekitar 6-7 bulan. Jadi kemarin kita hitung-hitung sekitar 4 juta per bulan pendapatannya. Karena ini masih baru jadi kita belum bisa lihat perkembangannya,” jelas Syamsul.
Biaya pembuatan kolamnya sendiri tak lebih dari Rp 6 juta yang bisa memuat 3000 ekor ikan lele atau 900 ekor ikan nila. Cuma harus dibuat beberapa kolam agar bisa dipindahkan sebagian jika isi kolam sudah terlalu padat.
Terkait pola makan untuk ikan nila, Syamsul masih terus meneliti dan melakukan uji coba takaran makanan yang tepat. Sementara terkait tingkat kematian ternyata relatif lebih kecil.
“Berbeda kalau lele, karena mereka sifatnya kanibal jadi kalau terlambat diberi makan maka mereka akan saling makan.”
Untuk ikan lele sendiri, metode ini memiliki kekurangan tersendiri. Dibanding metode konvensional metode ini kurang bisa bersaing dari segi harga produk, meski secara kualitas ikan lebih baik. Penyebabnya, kebiasaan masyarakat Makassar yang lebih senang mengonsumsi ikan lele yang lebih besar, sementara hasil dari Bioflok memiliki ukuran yang lebih kecil.
“Tapi di Makassar jarang ada peminat yang besarnya seperti itu. Biasanya kalau di Makassar lebih suka yang besaran 4-5 ekor per kg, jadi waktu panennya lebih lama. Apalagi dengan sistem yang kita terapkan ini pakan pelet.”
Sementara, penggunaan pakan berupa jeroan, bangkai ayam dan-lain-lain, perkembangannya relatif lebih cepat. Bisa panen dalam 4 bulan, sementara dengan Bioflok masanya 5-6 bulan. Semakin lama waktu produksi maka semakin membengkak biaya yang harus dikeluarkan.
Menurutnya, biaya budidaya ikan lele ini cukup besar untuk pembelian pakan. Kelebihannya pada jenis pakan yang digunakan kaya protein. Metode ini juga tidak terlalu merepotkan dan ramah lingkungan karena tidak meninggalkan bau sehingga tidak mengganggu tetangga.
“Itulah alasan kami mau coba dengan metode ini, meski konsekuensinya biaya usaha meningkat karena jangka waktu panen yang lebih lama, menunggu sampai ikannya besar seperti standar ikan lele di sini.”
Menurut perhitungan Syamsul, jika mereka menebar 3000-4000 bibit ikan, dengan penggunaan pakan alternatif ini biaya yang mereka harus keluarkan per bulan sekitar Rp 400 ribu – Rp 500 ribu.
“Karena kita panen sekitar 4-5 bulan jadi biayanya sekitar 2 jutaan. Ditambah biaya bibit sekitar 1 juta. Hasil panen sendiri sekitar Rp 6 juta.”