Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Sulsel, Gowa adalah "Koentji"!

7 Maret 2018   00:48 Diperbarui: 7 Maret 2018   01:20 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: terkini.id

Pilkada Sulawesi Selatan yang akan berlangsung 27 Juni 2018, bersamaan dengan Pilkada lain di seluruh Indonesia, diperkirakan akan berlangsung sengit. Salah satu daerah yang akan menjadi arena pertarungan keempat calon adalah di Kabupaten Gowa.

Kabupaten Gowa adalah basis dari pasangan Ichsan Yasin Limpo -- Andi Mudzakkar. IYL adalah bupati dua periode di daerah ini, yang dilanjutkan oleh anaknya, Adnan Purichta Ichsan. Sebelumnya daerah dipimpin oleh kakaknya, Syahrul Yasin Limpo, yang kemudian menjadi gubernur Sulawesi Selatan dua periode.

Meski menguasai Gowa, namun tak bisa diabaikan perseteruan abadi antara klan Limpo dengan kalangan istana, yaitu Andi Maddusila Andi Idjo, atau kerap disebut Karaeng Idjo. Tiga kali bertarung di kontestasi Pilkada Gowa, Karaeng Idjo selalu kalah. Kekalahan yang dramatis, karena berakhir dengan perseteruan panas dan harus berakhir di Mahkamah Konstitusi. Pada Pilkada terakhir, Karaeng Idjo memperoleh suara 26,81%, berada di urutan kedua.

Konflik terakhir terkait perebutan tahta istana Gowa, di mana Bupati Gowa dilantik sebagai Somba atau Raja Gowa melalui sebuah Perda. Ini semakin memanaskan hubungan dua belah pihak.

Harus juga dihitung perseteruan IYL dengan saudaranya Andi Tenri Olle Yasin Limpo karena dampak Pilkada 2015 tersebut, di mana Tenri Olle kalah dari keponakannya Adnan, juga dengan 'dramatis', berada di urutan ketiga dengan suara 26,06%. Kini Tenri Olle adalah pengurus Nasdem Sulsel, yang pada Pilkada Sulsel ini mendukung pasangan NH-AQM. Dari berbagai pemberitaan di media, Tenri Olle sepertinya tidak menerima baik kekalahan itu.

Ini menjadi celah dan peluang oleh cagub lainnya. Dan ini memang dimanfaatkan baik oleh dua cagub Sulsel lainnya, yaitu pasangan Nurdin Halid -- Azis Qahar Muzakkar dan Nurdin Abdullah -- Andi Sudirman Sulaiman.

Pada Pilkada Gowa 2015 lalu, Adnan memperoleh suara 41,65 persen. Jika diasumsikan seluruh pemilih Adnan ini adalah pemilih yang loyal, maka ada lebih dari setengah total suara pemilih di Gowa yang akan diperebutkan oleh calon gubernur lain. Dua pasangan calon terlihat cukup agresif melihat potensi ini dengan kreavitasnya masing-masing.

Untuk mendapatkan dukungan dari kalangan istana, rival utama IYL, tim pasangan Nurdin Abdullah -- Andi Sudirman, menempuh cara yang cukup klasik. Mereka mengklaim bahwa Andi Sudirman Sulaiman, calon Wagub, memiliki garis keturunan dari Raja Gowa. Karaeng Idjo ternyata mendukung klaim ini, dan menjadi alasan bagi mereka merapatkan dukungan kepada NA-ASS.

Karaeng Idjo menuturkan, jika calon wakil gubernur Andi Sudirman Sulaiman adalah merupakan keturunan Asli Raja Gowa Sultan Hasanuddin dan sebelum sebelumnya. Kepada media, Ia menggambarkan, silsilah keturunan yang dimulai dari Raja Gowa ke 14 yang merupakan, Raja di Gowa pertama yang mendirikan mesjid di kerajaan Gowa I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna hingga ke Andi Sudirman Sulaiman.

"Jadi kalau beliau ini suatu waktu jadi pejabat wajar karena keturunan orang besar, termasuk Raja Gowa, jadi Andi Sudirman Sulaiman juga memiliki 4 Eyang orang hebat, itu mi para raja Gowa ditambah dengan Syekh Yusuf al Mangkassari," ungkapnya, sebagaimana dilaporkan oleh sulselsatu.com.

Mungkin klaim ini benar dan bisa jadi juga ada deal tertentu di antara mereka yang tak diketahui secara luas publik. Namun yang pasti, ini akan menjadi hubungan saling menguntungkan kedua belah pihak.

Jika tim Karaeng Idjo sesolid pada Pilkada Gowa 2015 lalu, maka bisa diperkirakan potensi suara bisa mereka raih mencapai 26 -- 27 persen. Jumlah ini cukup signifikan mengingat kubu ini sudah mengalkulasi kekalahan mereka di daerah ini.

Kubu NH -- AQM juga tak ingin kehilangan suara di Kabupaten Gowa, mengingat modal mereka dari suara 'Tenri Olle' sebesar 26,06 persen pada Pilkada Gowa 2015 lalu. Namun model kampanye tradisional tak cukup bagi mereka, sehingga mereka 'lebih kreatif' dengan menawarkan pemekaran bagi Gowa, membagi Gowa sebagai dua wilayah. Ia juga menjanjikan mengupayakan pembentukan Sungguminasa berstatus daerah administratif kota atau kotamadya.

"Beritahu rakyat Gowa, NH ingin jadikan Gowa sebagai kotamadya dan satu kabupaten. Kita mekarkan administrasinya, sehingga dataran tinggi dan daerah lain yang jauh dari Sungguminasa dapat perlakuan khusus dan percepatan pembangunan berkali lipat dibanding sekarang," kata Nurdin Halid dalam rapat konsolidasi pengurus Golkar dan tim pemenangan GNH-17 se-Kabupaten Gowa di Sekretariat Golkar Gowa, jalan Tumanurung Sungguminasa, Senin (5/3/2018), sebagaimana dikutip dari merdeka.com.

"Ibu Kota Kabupaten Gowa bisa di Barombong atau daerah dataran tinggi, tergantung kemauan masyarakat. Jika ini terwujud, maka seluruh lorong akan menjadi maju, itu impian saya," ujar NH.

Dia mengatakan, rencana ini semata agar masyarakat bisa lebih mudah dan lebih dekat dalam hal pengurusan administrasi. Selain itu, juga bisa menciptakan percepatan berbagai hal berkaitan dengan pembangunan, baik itu pembangunan infrastruktur atau pembangunan sumber daya manusia.

Jika pasangan NA-ASS menempuh pendekatan 'ideologis', menyasar pendukung fanatik Raja Gowa Karaeng Idjo yang sangat anti pada klan Limpo, maka cara NH-ASS ini melalui pendekatan populis. Isu pemekaran selalu menjadi hal yang 'seksi' dalam Pilkada. NH tentunya berharap adanya tambahan suara selain dari modal 26,08 persen, baiik itu suara dari kubu IYL ataupun dari NA. Tambahan 10 persen akan sangat berarti bagi mereka, mengingat Gowa memang bukan basis utama pasangan ini.

Tentu saja ini hanya hitung-hitungan di atas kertas. IYL kemungkinan akan tetap unggul di Gowa, namun tak lebih banyak dari suara perolehan Adnan pada Pilkada 2015 lalu. Pertarungan sebenarnya akan terjadi antara kubu NA-ASS dan kubu NH-AQM, mengamankan suara yang berseberangan dengan Adnan, yang jumlahnya di atas 50 persen.

Mungkin suara di kabupaten Gowa masih tergolong kecil dibanding daerah-daerah lain, namun jangan lupa, daerah ini selalu menjadi penentu kemenangan SYL pada dua kali periode Pemilu terdahulu. Dan Gowa adalah termasuk daerah yang paling terakhir memasukkan hasil perhitungan suaranya. Ini yang membuat daerah ini menjadi cukup penting posisinya, apalagi jika selisih suara antara calon sangat tipis. Ini juga yang membuat Kabupaten Gowa menjadi 'sangat strategis' bagi para calon. 

Dengan kata lain: Kabupaten Gowa adalah Koentji!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun