Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keripik Pisang Ijo: Cita Rasa Kuliner Khas Makassar dalam Kemasan

18 Agustus 2016   15:05 Diperbarui: 18 Agustus 2016   15:13 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahyuni memperkenalkan kuliner khas Makassar berupa Pisang ijo dalam bentuk kripik pisang. Rasanya tak kalah dengan Pisang Ijo original (Foto: Wahyu Chandra)

“Sekali produksi rata-rata 20 bungkus per hari. Tapi kadang juga bisa 50 atau bahkan 70 bungkus kalau ada permintaan khusus.”

Sebungkus kripik ini seukuran 80 gram dijual dengan harga Rp 10.000,-. Untuk anak-anak sekolah ada kemasan yang lebh kecil dengan harga Rp 5.000/bungkus.

Usaha rumahan kripik Pisang Ijo ini masih dikelola sendiri Wahyuni. Atas dukungan dari program Bintang Muda Care Indonesia Wahyuni berharap bisa mengembangkan usahanya lebih besar lagi (Foto: Wahyu Chandra)
Usaha rumahan kripik Pisang Ijo ini masih dikelola sendiri Wahyuni. Atas dukungan dari program Bintang Muda Care Indonesia Wahyuni berharap bisa mengembangkan usahanya lebih besar lagi (Foto: Wahyu Chandra)
Diakuinya, saat ini ia memang belum fokus pada produksi dalam skala besar. Ia masih mencari formula yang tepat, kemasan dan pasar.

“Saya masih terus mencari formula yang tepat, campur sana campur sini. Kemasannya juga dipercantik agar bisa memberi daya tarik tersendiri.”

Wahyuni sendiri memulai usaha kripik pisang  hijau ini berawal dari keikutsertaannya dalam proyek Bintang Muda CARE Indonesia. Sebelum terlibat di proyek ini, ia pernah memiliki usaha lain, yaitu usaha biro perjalanan di dalam dan luar negeri. Hanya saja usaha ini dinilainya kurang bisa berkembang.

“Setelah mengikuti beberapa kali pelatihan saya mulai mencari ide-ide usaha yang kira-kira bagus dan terpikir pisang hijau ini karena saat itu sepertinya belum ada yang mengusahakan dalam bentuk kripik.”

Hal yang paling penting diperoleh dari pelatihan itu tidak hanya motivasi untuk usaha tapi juga pada pentingnya pemasaran.

“Kita diajarkan bahwa sebelum memulai usaha harus sudah dipetakan pasar produk yang akan kita buat. Dijual kemana. Untuk apa membuat produk jika toh tak ada yang akan membeli.”

Hal penting lainnya yang diperoleh dalam pelatihan-pelatihan tersebut adalah strategi bertahan dalam situasi krisis atau bencana.

Keseriusan Wahyuni juga terlihat dari upayanya mematenkan merk usahanya serta perjuangannya memperoleh izin usaha yang disebut Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.

“Saya sudah patenkan mereknya meski hanya untuk skala Makassar. Begitupun PIRT sudah diurus karena kebetulan sedang ada proyek untuk itu, jadi prosesnya lebih mudah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun