“Biar bagaimana cara kita berinovasi tapi kalau airnya memang sudah tercemar tetap saja kami tidak bisa apa-apa. Jadi kalau seperti itu biasanya kita lihat saja tunggu airnya sampai bersih. Kadang sampai 3 minggu kita tidak memasukkan air, karena bisa merusak seluruh isi tambak.”
Pencemaran ini membuat air sungai menjadi hitam dan berbau. Dampak paling nyata adalah banyaknya biota sungai yang mati, khususnya ketika pencemaran ini meluas. Warga sendiri sudah beberapa kali menyampaikan hal ini ke pemerintah, termasuk demonstrasi ke perusahaan, namun hingga saat ini tak ada penyelesaian yang nyata.
Tak adanya upaya penyelesaian masalah limbah ini membuat warga beradaptasi dengan kondisi yang ada. Mereka baru memasukkan air ke tambak ketika kondisi air sudah membaik. Indikatornya selain dari warna dan bau juga dengan melihat ikan-ikan yang ada di sungai. Kalau ikan-ikan sudah terlihat di permukaan artinya kondisi air sudah aman untuk tambak.
Umumnya petambak di Pulau Lakkang menggunakan tambaknya untuk budidaya udang dan ikan bandeng, namun prioritas pada udang karena harga yang lebih mahal dan panen yang singkat. Panen udang hanya butuh 3 bulan sejak penebaran banih, sementara untuk bandeng butuh waktu 6-7 bulan dan bahkan bisa sampai setahun.
Dalam 1 hektar tambak mereka biasanya menebar 15 ribu 20 ribu benih udang. Tak semua bisa berkembang dengan biak. Paling banyak yang mereka bisa panen berkisar antara 100 – 150 Kg, dengan harga jual Rp 75 ribu per Kg. Dalam setahun biasanya mereka panen dua kali. Hanya saja kadang muncul penyakit udang yang bisa membunuh sebagian atau malah seluruh isi tambak.
“Dengan hasil panen sekitar 150 Kg maka keuntungan bersih bisa sampai Rp 5 juta. Itu setelah kita pisah dengan biaya-biaya pembelian bibit, pupuk, pestisida, dan lainnya. Namun kadang kita hanya untung sedikit dan malah pernah tak kembali modal.”
Untuk budidaya ikan bandeng sendiri, ada yang menggabungkan dengan udang ada juga yang memisahkannya di tambak yang terpisah. Melihat pada faktor kepadatan tambak saja. Karena salah satu penyakit pada ikan bandeng adalah menjadi kerdil ketika kondisi tambak sangat padat.
“Kalau tambaknya terlalu padat maka pada usia tertentu sebagian ikan bandeng kita pindahkan ke tambak lain agar tidak menjadi kerdil karena gangguan pada pertumbuhan.”
Haris mengaku juga melakukan budidaya ikan bandeng namun hanya untuk konsumsi keluarga. Kalaupun dijual hasilnya maksimal Rp 1 juta saja.
Budiadaya tambak di Pulau Lakkang sudah dilakukan secara turun temurun. Bahkan 80 persen dari sekitar 3000 warga di pulau ini adalah petambak.
***