Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jika Tak Mampu Melihat Dunia Maka Dunialah yang Akan Melihatmu

27 Januari 2010   01:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih dalam kebingungan Reina berjalan beriringan dengan Kris dan dengan dipandu ibu kepala sekolah mereka meninjau semua kelas. Hampir semua kelas kondisinya agak rusak, meski di beberapa bagian tampak baru saja direnovasi seadanya. Beberapa bangku bahkan kini sudah tidak layak lagi digunakan. Di beberapa sudut ruangan terdapat bagian platfon yang terbuka dan basah karena hujan. "Kalau musim hujan, kami terpaksa mengungsi di bawah rumah warga. Tinggal memindahkan bangku-bangku dan papan tulisnya," Bu Marni menjelaskan ketika pandangan Kris mengarah ke platfon itu.

Setelah selesai melakukan kunjungan singkat Kris permisi untuk bertemu dengan para guru dadakan di sekolah itu, meski sebenarnya yang dimaksud Kris adalah Reina seorang.

"Bagaimana bisa sampai...tadi bilang apa sama bu kepala sekolah...isi dos itu....?" begitu banyak pertanyaan yang ingin ditanyakannya sampai-sampai tak tahu mana yang harus didahulukan.

"Satu-satu Rein..rileks aja lah," ayo kita ke gazebo itu. Mereka berdua berjalan menuju gazebo yang terletak di depan sekolah yang tampaknya adalah tempat nongkrong warga dan mungkin juga temapt ronda.

Teman-temannya dari kejauhan tersenyum menggoda. Imelda bahkan sempat menyelutuk menggoda.

Mereka pun duduk bersebelahan di gazebo itu sambil memandang ke dalam sekolah. Di sekeliling sekolah adalah persawahan yang luas membentang. Bberepa rumah warga juga terdapat di tempat itu. Masih sangat asri. Tiupan angin yang sepoi mampu menidurkan dalam sekejap.

"Enak ya di sini. Pantasan kamu betah," ujar Kris membuka pembicaraan.

"Kakak belum menjawab satupun pertanyaanku tadi?" rajuk Reina, meski ia sebenarnya senang dengan kehadiran Kris di tempat itu.

"Pertanyaan yang mana? Tadi nanyanya belepotan jadi nggak satu pun yang jelas arah pertanyaannya," goda Kris sambil tersenyum melirik ke sampingnya.

"Pokoknya se...muaaanya...oke aku susun dulu ya. Satu, bagaimana bisa kakak bisa sampai ke tempat ini?"

"Pertanyaan yang seharusnya sudah kamu tahu jawabannya, Rein."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun