Devy menghela nafas lega. Tadinya ia sempat berpikir keinginan Kris untuk memintanya sekolah di Paris hanyalah sebuah cara untuk menyingkirkannya dari kehidupannya. Meski merasa lega namun ia merasa ada yang salah dari semua itu, tapi ia mencoba menjauhkan semua prasangka-prasangka di hatinya. Dalam hatinya telah tumbuh sebuah tekad. Mungkin seperti kata mama dan Kris, ia telah mendapatkan semua petanda tentang hidupnya sedari dulu. Ia akan mewujudkan semua itu, bukan hanya demi kehidupannya sendiri tetapi juga demi Kris.
***
Kris masih tak percaya dengan semua yang dilakukannya selama ini. Bagaimana ia meminta Devy meninggalkannya sebegitu jauh dan bagaimana ia telah menanggalkan semua yang dimilikinya tanpa memberitahukan siapapun akan keputusannya itu termasuk pada Devy sendiri? Apakah ini karena ia memang sedang berlari menuju sesuatu? Tapi seberapa jauh kau mampu berlari? jerit kata hatinya.
Ia mencoba memantapkan tekadnya. Ia takkan mundur dari semua jalan yang telah dipilihnya dengan susah payah selama ini. Pada saatnya nanti semua akan berakhir dan ia ingin semuanya akan berakhir tanpa ada yang tersakiti. Ia tak hanya berharap Devy akan menemukan hidupnya, seperti yang ia katakan pada wanita itu sebelumnya, menjadi seseorang yang diinginkannya selama ini, tapi ia juga kelak menemukan seseorang yang mampu mengalihkannya dari dirinya. Ia ingin Devy lah yang akan mencampakkannya. Meski mungkin akan terasa sakit, namun itu lebih baik dibanding jika yang terjadi adalah sebaliknya. [3].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H