Mohon tunggu...
wahyu Astiya
wahyu Astiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Memanfaatkan Limbah Tahu Menjadi Biogas

14 September 2022   06:02 Diperbarui: 14 September 2022   09:29 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Memanfaatan Limbah Tahu Menjadi Biogas

Makanan yang berbahan baku dari kedelai, merupakan salah satu makanan yang sangat digemari dikalangan masyarakat Indonesia. Biasanya, para Usaha Kecil Menengah (UKM) hanya mampu mengolah sekitar 50-100 Kg kedelai yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan tahu. 

Tak dapat dipungkiri, bahwa jumlah produksi tahu kini sudah menyebar diberbagai daerah seperti di Pasar ataupun Mall. 

Dengan banyaknya produsen atau pengusaha tahu yang semakin meningkat, tentu membawa banyak sekali keuntungan tersendiri bagi para pengusaha tahu. 

Selain itu, tanpa mereka sadari limbah tahu yang berasal dari proses pembuatan tahu tersebut dapat mencemari sungai karena tidak adanya proses pengolahan.

Perlu kita ketahui bahwa limbah tahu mengandung begitu banyak senyawa organik, contohnya seperti Lemak, Karbohidrat, dan Protein. Selain itu, limbah cair dari proses pembuatan tahu mengandung tingkat keasaman yang tinggi. Kandungan senyawa ini dapat mencemari sungai serta dapat menurunkan kualitas air disungai.

Sudah sangat sering kita jumpai dampak dari pembuangan limbah yang dibuang secara sembarangan, contohnya seperti banyaknya ikan yang mati, gangguan kesehatan, serta dapat menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mencemari lingkungan.

Melihat hal ini, salah satu pengusaha tahu di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Awal mulanya berdirinya usaha pembuatan tahu sejak Akir Tahun 1940 atau Awal Tahun 1950. Dalam proses pembuatan tahu terbilang cukup mudah. 

Langkah Pertama yaitu bahan baku berupa kedelai dengan kualitas yang bagus dan direndam kurang lebih selama 6 jam, selanjutnya kedelai yang sudah direndam dicuci sampai bersih, kemudian, kedelai digiling sampai halus dan ditampung didalam tempat penampungan, kemudian kedelai dimasukan kedalam wajan dan ditambah air dan direbus sampai mendidih, setelah direbus sampai mendidih kemudian disaring sedikit demi sedikit menggunakan ayakan kain. 

Ampas yang masih mengandung susu kedelai dipres terlebih dahulu untuk mengeluarkan airnya. 

Hasil saringan dijaga supaya tetap panas kemudian dicampur dengan cairan khusus tahu yang telah diinapkan selama semaleman yang berupa cairan asam sedikit demi sedikit agak mengental. Setelah mengental tahu yang sudah jadi dimasukan kedalam cetakan dan diatasnya diberi beban untuk dipres dan biarkan kurang lebih selama 30 menit agar lebih padat kemudian yang terakhir tahu siap dipotong sesuai dengan keinginan.

Melihat banyaknya limbah tahu yang cukup parah dan mencemari lingkungan maka warga Desa Kalisari mempunyai pemikiran pengelolaan limbah menjadi energi atau biologi. Selain itu, Desa Kalisari juga memiliki Julukan sebagai Desa Mandiri Energi oleh Menteri Riset dan Teknologi yaitu Gusti Muhammad Hatta. 

Sejak Tahun 2009 Sentra penghasil tahu memiliki Konsisten menjadikan limbah tahu sebgai Biogas melalui Instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air limbah tersebut dapat digunakan untuk kepentingan ataupun kebutuhan yang lainnya.  

Sampai  sekarang pengelolaan limbah tahu masih dapat dimanfaatkan oleh 105 rumah tangga. Program pemanfaatan air limbah tahu sangat membantu dalam melestarikan lingkungan. 

Karena, dalam hal ini limbah yang dihasilkan tidak lagi mengeluarkan gas metan, dimana gas tersebut dapat memicu Pemanasan Global. Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Desa Kalisari merupakan salah satu yang terbaik dan terbesar di Indonesia. 

Dari sekitar 35 KL air hasil pengelolaan tahu yang dihasilkan baru sekitar 21% yang dapat diolah menghasilkan Biogas. Warga Desa Kalisari mengolah limbah tahu menjadi biogas hal itulah yang menjadikan Desa Kalisari sebagai Desa Mandiri Energi. Di Indoneisa terdapat sekitar 84.000 unit industri tahu dengan jumlah Limbah tahu mencapai sekitar 20 Juta m2 .

Lebih dari 200 pabrik tahu ikut serta dalam eksperimen pengelolaan limbah tahu. Mereka memproduksi sekitar 300 kali lipat lebih banyak Biogas dari yang diperlukan setiap hari. Proyek ini juga ditunjukan untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia. 

Selain itu, 300 kepala keluarga dari 1800 kepada keluarga untuk penggunaan Biogas yang dilakukan secara berkala supaya semua warga Desa Kalisari mendapat jatah Biogas dari hasil pengelolaan limbah tahu. Perlu kita ketahui bahwa limbah tahu mengandung gas-gas, diantaranya Gas Metana (CH4), Amonia (NH3), Hydrogen Sulfide (H2S), dan Karbondioksida (CO2).  

Butuh waktu dan proses agar gas ini dapat dimanfaatkan. Selain itu, proses pembuatan tempat pengolahan limbah tahu membutuhkan waktu berminggu-minggu. 

Dalam proses Instalasi pengelolaan limbah tahu mampu menampung sekitar 8.000 liter air limbah tahu. Limbah tahu dialirkan kedalam tangki penampungan yang berada di bawah sedalam 3 m, kemudian ditutup dengan beton. Limbah difermentasi selama kurang lebih satu hingga dua minggu untuk menghasilkan gas metana. “paling bagus satu bulan, akan tetapi semua bergantung terhadap pemakaiannya juga.” 

Kemudian, setelah gas metana dihasilkan maka api akan muncul saat dipancing dengan menggunakan korek. Selain itu, pada saat pemakaian Biogas hampir tidak mencium aroma apupun dari gas tersebut. Tetapi, lama kelamaan akan sangat terasa bau gasnya. Jika gas dalam keadaan lemah atau habis, tangki akan dibuka kemudian ampasnya akan digunakan sebagai pakan ternak.

Bapak Warsono selaku Kepala Desa Kalisari mengatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman Gas LPJ maka tidak masalah karena warga Desa Kalisari masih bisa memanfaatkan Biolita (Bio Gas Limbah Tahu). Pemerintah Desa Kalisari membagikan Biogas kepada setiap warganya dengan menggunakan sambungan pipa saja. 

Tujuannya yaitu guna mengatasi limbah yang notabenya berbahaya karena mengandung gas etanol dan mengakibatkan kerusakan lapisan ozon. Selain itu, Ibu karsitem selaku warga Desa Kalisari dan pengguna biogas dari limbah tahu mengatakan bahwa menggunakan biogas lebih irit dibandingkan menggunakan Gas LPJ. 

Selain harga Biogas dan Gas LPJ sangat jauh berbeda, jika menggunakan Biogas 1 Bulan hanya 15.000 sedangkan Gas LPJ 22.000. Dengan adanya Biogas sangat membantu dan mengurangi polusi udara di Desa Kalisari.

Di Dusun I terdapat 3 tangki pengolah biogas yang masing-masing mempunyai kapasitas berbeda. Biolita I menampung limbah dari 18 pengrajin tahu dengan kapasitas gas metan 12 m2. Biolita II menampung limbah dari 7 pengrajin tahu dengan kapasitas gas metan 11,5 m2 , dan Bilota III menampung limbah dari 45 pengrajin tahu memiliki kapasitas gas metan 18m2. 

Kemudian, hasil Biolita tersebut akan disalurkan ke rumah-rumah warga untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar sehari-hari. Untuk Biolita I mampu melayani kebutuhan bahan bakar sebanyak 27 rumah, Biolita II mampu melayani kebutuhan bakar sebanyak 18 rumah, dan Biolita III mampu melayaani sebanyak 46 rumah. 

Namun, dengan seiring berkembangnya teknologi yang sudah canggih sekarang Desa Kalisari memiliki 6 Tabung limbah tahu yang tersebar di sejumlah titik yang ada di Desa Kalisari guna menampung limbah tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun