Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejauh Mana Memungkinkan Empirisme Sebagai Pengetahuan

14 Januari 2025   21:10 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:10 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia menari, pengetahuan mengkonfirmasi. Kesenangan berada di depan mata, ketika kebenaran itu terungkap, yang sebelum nya tersingkap oleh kebodohan. Kesenangan, heboh, bahagia, dan bahkan tak karuan menjadi respon utama. Ketika semua itu di hadapkan di depan mata, nuansa positif menjadi reaksi utama, tanpa mereduksi, bahkan lebih pada tendensi hiberpola ekspresi. 

Perjalanan manusia seringkali dititik resistensi. Ada kala pengetahuan mereka terjebak pada ruang dan waktu klasik, arti kata bahwa kehendak untuk melakukan sesuatu yang berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan selalu di dalilkan pada syarat-syarat empirisme. Menjadi pertanyaan adalah apakah empirisme itu salah jika menjadi syarat mutlak dari pengetahuan?. 

Jawabannya iya, memutuskan empiris sebagai syarat pengetahuan adalah titik kesalahan, namun sangat dibutuhkan pengetahuan empiris sebagai memproduksi pengetahuan. Karena, dalam arti kata yang lebih komprehensif dan holistik, empiris seringkali di letakkan kepada bagaimana memungkinkan sesuatu pengetahuan di konfirmasi oleh apa yang dimiliki subjek dalam internal, yakni tubuh. Apa yang di rasakan, dilihat, didengar, di fikirkan, dan apa yang di inginkan adalah pengalaman pada tataran penggunaan inderawi manusia. 

Gagasan mengenai kajian Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman indra manusia. Secara etimologi, istilah empirisme berasal dari bahasa Yunani emperia, yang berarti pengalaman. Dalam empirisme, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Bukti empiris diperoleh dari manusia langsung, baik dengan pribadi atau secara kolektif. Yang jelas instrumen yang di bangun dari bagaimana inderawi manusia sebagai sebuah instrumen paling fundamentalis untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Gagasan Empirisme termasuk salah satu jenis aliran ontologi dalam filsafat. Dalam empirisme, manusia dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman dengan cara mengadakan pengamatan dan pengindraan, Secara mendalam, bagaimana objek itu sebagai cara memperoleh pengetahuan, posisi utamanya adalah objek sebagai sumber utama pengetahuan dan akal atau rasio sebagai cara mendapatkan pengetahuan dari objek. Sehingga prioritas utama dari asal usul pengetahuan adalah objek. 

Empirisme menjadi salah satu dari tiga aliran filsafat ilmu di dunia Barat. Pemikiran filsafat pada empirisme memilik sifat yang bertentangan dengan rasionalisme. Pemikiran empirisme dipelopori oleh Thomas Hobbes sebagai reaksi terhadap rasionalisme yang cenderung menatap kebenarannya sejauh pengetahuan rasio atau akal. 

Jelas, empirisme adalah buah yang menghendaki pengetahuan terjadi sejauh yang dikenali pada subjek instrumental, instrumen berdiri pada kepunyaan manusia, yakni tubuh itu sendiri. Epistemologi empirisme didasarkan kepada karya-karya dari John Locke dan David Hume. Dalam pemikiran keduanya, fenomenalisme-nominalisme dijadikan sebagai dasar dari ilmu. Sesuatu hal dianggap sebagai pengetahuan jika merupakan sebuah fenomena yang dapat dialami secara langsung. Status sebagai pengetahuan tidak dapat diberikan kepada pernyataan yang tidak mengacu kepada objek yang independen. Empirisme menjadi pengetahuan yang muncul dari bagaimana manusia merespon dunia, yang mana dunia hadir, kemudian manusia menjadi subjek memahami dunia sebagai objek pengetahuan, bahkan untuk dirinya sekalipun sebagai sebuah objek pengetahuan. Empirisme meyakini bahwa keseluruhan struktur ilmu dapat diketahui menggunakan metode induksi.

Mengenal pengetahuan adalah proses bagaimana subjek mengkonfirmasi, entah itu proses reduksi atau tidak, yang jelas semua itu ada tataran pertanggungjawaban. Namun, proses pertanggungjawaban dalam ruang empirisme lebih mengedepankan probabilitas inderawi manusia, sehingga lebih mudah untuk di tunjukan. 

Namun bukan berarti itu kemutlakan, apalagi dijadikan postulat dalam ilmu pengetahuan. Sebab, empirisme adalah bagian syarat yang paling populer dan paling mudah dalam memperoleh pengetahuan. Karena instrumen dari empirisme adalah berasal dari tubuh sebagai kepemilikan diri manusia sendiri. Sehingga, jelas tidak menghapus kemungkinan melahirkan banyak pengetahuan. 

Memproduksi pengetahuan memang hal yang sulit, apalagi semua harus dipertimbangkan pada tataran yang lebih kompleks, Semisalkan pada kontekstual zaman, yang jelas empirisme sebagai faham mengandalkan instrumen tubuh manusia lebih kepada apa yang di rasakan subjek dengan intersubjek lainnya. Dengan demikian, tidak bisa mengkonfirmasi secara objektif. Namun, titik terang yang sama harus disepakati dalam hal ini, empirisme mendorong pengetahuan itu lebih pasti, Sebab sejauh apa yang diamati, dirasakan, didengar dan di uji bisa di pertunjukan. Walaupun demikian jika dalam mendalami sebuah fenomena atau pun objek pengetahuan, hanya sebatas tataran pengenalan pengamat subjek. 

Inilah kekurangan empirisme sebagai pengetahuan. Karena ia melihat objek sejauh apa yang diketahui pengalaman, sehingga hanya menemukan fundamental dari pengetahuan. Namun ruang yang lebih dalam dari objek tersebut sebagai pengetahuan masih banyak kecacatan, sehingga sangat jelas empirisme tidak menjadi syarat mutlak pengetahuan. 

Bisa saja, memungkinkan pengetahuan dalam ruang abstraksi, dimana mengandalkan instrumen lain, seperti imajinasi dan akal. Keduanya memang berada pada epistem yang sama berkaitan tanpa harus mengandalkan objek inderawi melulu untuk pengetahuan. Imajinasi dan akal bisa bergerak pada tataran objek yang tak hadir sekalipun, namun ia menjadi sesuatu objek sejauh tataran abstraksi "ada" Melalui persyaratan pengetahuan mungkin.

Sehingga, dengan ini ada satu titik terang yang disepakati bersama-sama. Bahwa kebenaran tidak diletakkan pada satu ruang kelas, ideologi, agama, negara, manusia atau makhluk lainnya. Namun, kebenaran itu sangat misterius sejauh ia hadir dalam manusia. Berkaitan dengan pengetahuan manusia, jelas ada sisi ragu, bingung, ketidakpuasan, penasaranan, keingintahuan, dan bahkan pendalaman pada pengetahuan. Baik itu persoalan ada atau tidak adanya pengetahuan, Sama-sama membingungkan dan sangat perlu untuk diketahui. 

Empirisme adalah bagian kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan Syarat-syarat instrumen inderawi manusia. Merasakan, mendengar, melihat, dan mencoba kesekian kali oleh tubuh adalah jalan yang diberikan oleh empirisme memperoleh pengetahuan, namun empirisme bukan postulat satu-satunya kebenaran dari pengetahuan, melainkan salah satunya dari sekian banyak instrumen jalan memperoleh pengetahuan dan kebenaran.

Sumber Bacaan;

1. Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

2. Hakim, A. A., & Saebani, B. A. (2008). Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.

3. Bagus, L. (1996). Kamus filsafat. PT Gramedia Pustaka Utama.

4. Burhanuddin, N. (2018). Filsafat ilmu. Kencana.

5. Vera, S., & Hambali, R. Y. A. (2021). Aliran rasionalisme dan empirisme dalam kerangka ilmu pengetahuan. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1(2), 59-73.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun