4. Manusia memiliki kesadaran, dan hanya memiliki potensi untuk bangkit dengan diri sendiri yang mempertanggungjawabkan semuanya. Jikapun ada stimulus dari orang lain, atau pihak manapun, itu menandakan kekuatan keutuhan kesadaran satu dengan kesadaran lain. Dan membuktikan dikotomi-dikotomi hanyalah bentuk intensitas diri yang terlihat sejauh mana subjek yang hadir memahami diri nya sendiri dalam kehidupan.Â
5. Manusia adalah bagian dari alam yang utuh dan total dengan prinsipnya mau tidak mau dan sadar atau tidak sadar. Sehingga banyak hal yang manusia bisa ketahui, dan banyak hal pula manusia tidak bisa ketahui. Sehingga bijaksana dalam menangkap ini semua adalah kesadaran diri.Â
6. Manusia haruslah memahami bahwa dirinya memiliki tubuh sejak awal tanpa menunggu ada gangguan baru merasakan memiliki tubuh. Ini juga berlaku kepada alam yang telah utuh sebagai tempat tinggal manusia. Yang dimana cara menyadari nya adalah bangkitkan pengetahuan dan kesadaran diri untuk setiap masa dan momentum dalam kehidupan, baik itu dalam bentuk kecil sampai dengan hal-hal yang besar.Â
Konsep ecobodyisme menawarkan lebih banyak hal lagi, tidak sebatas apa yang terjadi dan tidak terjadi. Ecobodyisme menjelaskan keutuhan total tanpa penyatuan dalam kehidupan ini, sehingga titik terang yang harus di sadarkan oleh manusia pertama kali adalah bagaimana mereka harus sadar bahwa segalanya ini adalah utuh dan tak terpisah, yang membuatnya merasa terpisah hanyalah intensitas setiap individu manusia saja. Sehingga cara menyadari intensitas itu adalah berpengetahuan dengan bijaksana.
Pengetahuan dalam konsep ecobodyisme di bangun oleh Wahyu Trisno Aji sendiri akan berusaha mencoba menjelaskan bagaimana konsep ecobodyisme menjadi relevan sebagai pengetahuan hari ini, terkhusus dalam kehidupan yang serba cepat, membuat manusia merasa terpisah dengan diri mereka, teman-teman, keluarga, alam, dan bahkan Tuhan. Buku ini akan memberikan warna pemahaman tentang bagaimana hidup tidak sekedar tentang banyaknya perbedaan, namun dalam konsep ecobodyisme inilah kita akan mempelajari dengan kesadaran akan kebersamaan dan keutuhan alamiah, barulah menuju dikotomi-dikotomi kehidupan yang sebenarnya sejak awal memang telah terintegrasi, namun kita sendiri dengan kesadaran diri membangun intensitas untuk yang kita sendiri prioritaskan dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H