Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Membaca Buku Ecobodyisme: Bersyahadat Atas Nama Aku, Tubuh dan Alam

19 Desember 2024   16:45 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:12 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pinterest / PixelLab

Dalam buku ecobodyisme karya Wahyu Trisno Aji berjudul " Ecobodyisme :Bersyahadat Atas Nama Aku, Tubuh Dan Alam" Akan coba di urai sedemikian jelas bagaimana Ecobodyisme? Apa itu?. 

Konsep ini adalah penawaran pemahaman untuk kita yang berada pada kondisi-kondisi keterasingan hari ini. Dimana, kita merasa bahwa kita berada di dunia yang serba cepat, dunia yang serba instan dan tak bisa terkendali. Kita merasa, cepatnya informasi dan teknologi membuat kita merasa mengenal banyak hal, sehingga kita menjadi subjek tunggal dan spesial yang menganggap hanya kitalah yang paling luar biasa. 

Namun, apakah kita pernah bertanya, siapa kita sebenarnya?. Apakah kita pernah bertanya bagaimana kita bisa membangga-banggakan diri atas banyak hal yang memang kita sendirilah yang ada di sana sebagai tokoh terlibat dalam kehidupan ini?. Dan terakhir, apa yang membuat kita sombong akan apa yang telah kita capai dan tahu, padahal itu semua akan berlalu dan tak pernah sama sekali kita mengenal semuanya?. 

Pertanyaan-pertanyaan ini tentu bernuansa ontologis filosofis, serta juga kita butuh jawaban dalam aspek epistemologi kritis dan filosofis. Salah satu tawaran untuk menjawab dunia kita yang tidak karuan ini adalah dengan memahami konse ecobodyisme. Konsep ecobodyisme adalah konsep baru yang ditawarkan oleh Wahyu Trisno Aji dengan tidak murni ia berdiri sendiri, melainkan konsep ecobodyisme lahir dari sintesis pemikiran banyak hal dalam keilmuan manusia, seperti ekologi, filsafat,biologi, politik, sosial, bahkan soal psikologis dan feminisme. Semua itu dalam konsep ecobodyisme merangkum untuk bertanya, apakah kita (manusia) benar-benar tahu semua ini dan apakah kita sebenarnya?.

Ecobodyisme dalam pemahaman awal bahwa semua manusia dan segala-galanya adalah keutuhan total tanpa penyatuan oleh mahkluk apapun. Dalam konsep ecobodyisme dalam pemberlakuan di manusia, maka ini merujuk kepada bagaimana ecobodyisme di definisikan sebagai konsep berfikir hidup dalam memahami kesadaran diri, tubuh dan alam berada pada keutuhan, kehadiran, dan satu tanpa ada penyatuan, tanpa ada penghadiran dan tanpa tindakan dikotomi subjek objek, semua telah secara total utuh untuk kehidupan yang berlangsung di alam semesta ini. 

Tiada yang terpisah dalam kehidupan manusia, tubuh serta alam semesta yang luas ini berada pada kesatuan, sebagaimana kehidupan inilah manusia harus benar-benar menyadari kehidupan mereka tidak merasa terbuang sia-sia, kehidupan manusia pada kesejatian nya utuh total, sehingga dilakukan manusia adalah sadari, lalu lakukan tindakan dengan penuh tanggungjawab atas nama kehidupan yang akan berjalan. Tidak lagi berfikir terpisah dengan apapun itu, melainkan yang harus diutamakan adalah bagaimana potensi setiap diri, tubuh dan alam selaras dengan usaha maksimum. Hidup dalam ecobodyisme menjelaskan Bukan tentang soal hasil, tetapi soal proses kesadaran diri. 

 Dalam konsep ecobodyisme menjelaskan kepada kita tentang ruang berfikir luas untuk seseorang memahami eksistensi diri, untuk persoalan pertanyaan inilah konsep ecobodyisme lahir untuk menyadari banyak hal kepada setia orang, yakni. 

1. Kita dan segala-galanya adalah utuh dan tak pernah terpisah satu sama lain. 

2. Sebagaimana dalil pertama, sebagai bentuk spesifik lagi bahwa diri sebagai subjek yang hadir memiliki kesadaran bahwa diri, tubuh dan alam utuh secara total Tanpa ada penyatuan dan penghadiran oleh siapapun 

3. Bentuk keunggulan kita semua bukan bentuk dari keterpisahan, melainkan kita sendiri meningkatkan intensitas diri dengan memahami bahwa manusia, dan bahkan banyak mahluk memiliki prioritas masing-masing. Namun kesadaran postulat utama nya adalah semuanya utuh secara total dalam dikotomi keutuhan dalam kehidupan. 

4. Manusia memiliki kesadaran, dan hanya memiliki potensi untuk bangkit dengan diri sendiri yang mempertanggungjawabkan semuanya. Jikapun ada stimulus dari orang lain, atau pihak manapun, itu menandakan kekuatan keutuhan kesadaran satu dengan kesadaran lain. Dan membuktikan dikotomi-dikotomi hanyalah bentuk intensitas diri yang terlihat sejauh mana subjek yang hadir memahami diri nya sendiri dalam kehidupan. 

5. Manusia adalah bagian dari alam yang utuh dan total dengan prinsipnya mau tidak mau dan sadar atau tidak sadar. Sehingga banyak hal yang manusia bisa ketahui, dan banyak hal pula manusia tidak bisa ketahui. Sehingga bijaksana dalam menangkap ini semua adalah kesadaran diri. 

6. Manusia haruslah memahami bahwa dirinya memiliki tubuh sejak awal tanpa menunggu ada gangguan baru merasakan memiliki tubuh. Ini juga berlaku kepada alam yang telah utuh sebagai tempat tinggal manusia. Yang dimana cara menyadari nya adalah bangkitkan pengetahuan dan kesadaran diri untuk setiap masa dan momentum dalam kehidupan, baik itu dalam bentuk kecil sampai dengan hal-hal yang besar. 

Konsep ecobodyisme menawarkan lebih banyak hal lagi, tidak sebatas apa yang terjadi dan tidak terjadi. Ecobodyisme menjelaskan keutuhan total tanpa penyatuan dalam kehidupan ini, sehingga titik terang yang harus di sadarkan oleh manusia pertama kali adalah bagaimana mereka harus sadar bahwa segalanya ini adalah utuh dan tak terpisah, yang membuatnya merasa terpisah hanyalah intensitas setiap individu manusia saja. Sehingga cara menyadari intensitas itu adalah berpengetahuan dengan bijaksana.

Pengetahuan dalam konsep ecobodyisme di bangun oleh Wahyu Trisno Aji sendiri akan berusaha mencoba menjelaskan bagaimana konsep ecobodyisme menjadi relevan sebagai pengetahuan hari ini, terkhusus dalam kehidupan yang serba cepat, membuat manusia merasa terpisah dengan diri mereka, teman-teman, keluarga, alam, dan bahkan Tuhan. Buku ini akan memberikan warna pemahaman tentang bagaimana hidup tidak sekedar tentang banyaknya perbedaan, namun dalam konsep ecobodyisme inilah kita akan mempelajari dengan kesadaran akan kebersamaan dan keutuhan alamiah, barulah menuju dikotomi-dikotomi kehidupan yang sebenarnya sejak awal memang telah terintegrasi, namun kita sendiri dengan kesadaran diri membangun intensitas untuk yang kita sendiri prioritaskan dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun