Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bias Kendali: Persoalan Hidup Terlalu Stoik

10 Desember 2024   09:54 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disinilah titik terang dan kritik atas stoikisme dalam dikotomi kendali, bahwa dalam bentang seperti apa seseorang bisa mengetahui jarak antara mana yang mereka bisa kendalikan dan mana yang mereka tidak bisa kendalikan. Jika hanya merujuk kepada sesuatu proses yang bisa dikendalikan dan hasil yang tidak bisa dikendalikan, maka itu bisa saja diperdebatkan. 

Seperti halnya ketika proses yang tak bisa kita kendalikan ketika merasa kita lebih aman menjadi penumpang daripada menjadi tukang supir, ataupun contoh lain merasa bahwa dalam sebuah webinar seorang pemateri menyampaikan materinya, lalu kita merasa lebih baik daripada pemateri tersebut. 

Kemudian dalam aspek hasil seperti kita merasa bahwa kita tidak akan bisa mengerjakan tugas tersebut dan berpasrah diri karena tadi malam Kita belum belajar. Padahal sama sekali kita tidak pernah mencoba untuk mengerjakan, aspek hasil seperti yang lain kita selalu pesimis mengerjakan pekerjaan tertentu dengan alasan tidak pernah mencoba dan melakukannya. 

Contoh-contoh yang di berikan di atas adalah bentuk bias kendali kita terhadap kritik kepada pandangan stoikisme. Dengan bertanya, sejauh mana dan apa jarak yang menjadi indikator bagian-bagian untuk mengatakan yang bisa dikendalikan dan tak bisa dikendalikan dalam dikotomi kendali?. 

Di abad ini, di mana kita hidup dalam arus deras informasi yang tak terbendung, kita sering merasa kebingungan oleh banjir berbagai versi "kebenaran." Dalam situasi ini, banyak yang memilih berpegang pada prinsip stoikisme sebagai solusi, meyakini bahwa menjauh dari hiruk-pikuk dunia dan fokus pada dikotomi kendali, memilah antara hal yang dapat kita kendalikan dan yang tidak adalah jalan keluar terbaik. Namun, tanpa disadari, pendekatan ini justru membuat kita semakin terasing dari dinamika dunia modern. Kita seperti menjadi orang asing di tengah keramaian dan kecepatan pergerakan zaman ini.

Mengklaim bahwa kita mempraktikkan dikotomi kendali sering kali berujung pada jebakan bias kendali. Ilusi bahwa kita mampu bertahan hanya dengan mengelola hal-hal yang berada dalam kendali kita. Akibatnya, muncul sikap egoisme dan penolakan terhadap kompetisi yang, secara tak langsung, menjadi implikasi dari interpretasi stoikisme yang berlebihan. Kita merasa cukup dengan fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, meski kenyataannya proses ini sering kali terlalu lambat untuk mengimbangi ritme kehidupan modern yang serba cepat.

Prinsip stoikisme, yang bertujuan memberikan ketenangan batin, justru dapat menjauhkan kita dari ruang debat dan diskusi yang vital di era informasi ini. Ada kecenderungan untuk merasa bahwa posisi kita selalu benar, menciptakan ilusi kebenaran yang tak terbantahkan. Ironisnya, ilusi ini menjadi bukti nyata bahwa stoikisme, meskipun bernilai, bukanlah prinsip hidup yang sepenuhnya ideal.

Kelemahan stoikisme semakin terlihat di era di mana kecepatan informasi melampaui kemampuan kita untuk memilah apa yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan. Orang-orang yang terlalu berpegang teguh pada stoikisme sering kali terjebak dalam bias kendali, tidak mampu merespons dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Prinsip yang awalnya dirancang untuk memberi arah dan ketenangan justru dapat menjadi penghalang dalam menghadapi realitas dunia yang terus bergerak cepat daripada keputusan atas kendali seperti apa yang akan diambil.

Sumber bacaan

1. Forbes. Think You're In Control? The Surprising Ways Illusions Of Control Fool Us. Akses di https://www.forbes.com/sites/brycehoffman/2024/09/29/think-youre-in-control-the-surprising-ways-illusions-of-control-fool-us/

2. Stoic. What is Dichotomy of Control in Stoicism?. Akses di https://www.getstoic.com/blog/what-is-dichotomy-of-control-stoicism

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun