Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musim Politik Itu Musim Tiba-tiba

24 November 2024   11:57 Diperbarui: 24 November 2024   12:12 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Yellow Plane / Pinterest

Pada akhirnya, musim politik itu hanya soal kepedulian dan rasa hormat pada saat waktu tertentu. Sisanya, mengurus diri sendiri dan sudah lupa bagaimana mereka peduli kemarin-kemarin. Entah itu bagi mereka yang kalah ataupun yang menang. 

Musim politik itu. Musim yang tidak bisa disebut panas, dingin, semi, dan gugur. Karena musim politik itu musim "janji", semua orang-orang membawa kata-kata untuk ditepati katanya suatu hari nanti. 

Musim politik itu. Dimana seseorang asing tiba-tiba menjadi saudara, padahal mereka tidak pernah sama sekali tegur sapa sebelumnya. Tiba-tiba saja saat musim itu melanda, mereka bersaudara, seperti saudara kandung yang terpisah lama. Keakraban mereka dalam berbicara sangat kuat, seperti tidak ada niatan tertentu. 

Musim politik itu. Orang-orang mengapa tiba-tiba baik?, tiba-tiba memberikan makanan, tiba-tiba memberikan pakaian, tiba-tiba memberikan minum, tiba-tiba membuat acara besar. Banyak hal tiba-tiba yang membuat semua orang ikutan tiba-tiba juga. 

Dan Musim politik itu. Tiba-tiba ada sekumpulan manusia punya kawan, saudara dan musuh. Entah datang dari mana semua itu, tiba-tiba saja semua datang begitu saja tanpa aba-aba. Musim ini adalah musim cinta dan musim permusuhan. Tiba-tiba saja terjadi, tanpa diketahui sebab dan akibat apa yang terjadi setelahnya. 

Saya hanya mengingatkan saja, musim politik bukan musim panas, dingin, semi dan gugur. Sehingga saudara sekalian tidak butuh jaket maupun payung untuk melindungi diri. Musim politik ini musim "bertopeng", yang mana kita akan menemukan orang-orang yang haus akan kepentingan datang tiba-tiba bersama kita untuk sebuah kepentingan. 

Ya...kita Sebagai rakyat kecil, mungil dan imut ini adalah target dari orang-orang di musim politik, kita dipedulikan, kita di sapa, kita di dengar-dengarkan, kita dijanji-janjikan, adalah hanya untuk kepentingan mereka. 

Musim politik itu musim tiba-tiba, lihat saja para politisi yang mencalonkan diri tiba-tiba jadi rakyat dan peduli kepada sesama. Namun, ketika mereka sudah menang atau kalah nanti dalam kontestasi pemilihan, apakah kepedulian mereka akan tetap seperti itu?, jawab saja sendiri, saya malas menjawabnya, karena musim politik ini tiba-tiba telinga seseorang tiba-tiba tertutup fanatik pada calon pribadi. Mereka peduli pada pihak tertentu karena ada keuntungan yang jelas itu adalah persoalan kepentingan. 

Musim politik itu musim kepentingan. Jadi bagi warga negara untuk mempersiapkan diri untuk siap melihat drama kepedulian, caci makian, hinaan, sanjungan, dan masih banyak lainnya. Musim politik itu akan kita saksikan banyak hal tiba-tiba yang tiba-tiba saja terjadi, isinya soal kepentingan saja.

Sebagai warga negara yang siap jadi objek musim politik. Selamat saja di datangi dengan berbagai hal unik dan menarik dari para orang-orang yang akan menjadi "hero" Di masa depan, lebih tepatnya pemimpin yang ingin menang untuk sebuah tujuan kepentingan mereka. 

Tenang saja, musim politik ini akan terjadi lagi, tidak hanya sekali, karena Indonesia kan menganut sistem demokrasi. Sistem Demokrasi yang menjelaskan tentang aspek kepentingan dari, oleh, dan untuk rakyat. Namun demokrasi itu hanya sampai pada musim politik, ketika warga negara memilih para calon pemimpin dengan melakukan pencoblosan. Sisanya, tinggal menunggu para calon yang menang dan disahkan secara hukum negara menjadi penguasa. Lalu lihatlah, bagaimana mereka setelah itu, apakah tetap ada ada kepedulian, rasa hormat, janji-janji manis dan hal positif lainnya pas musim politik oleh para penguasa?. Atau, atau, atau para orang-orang calon yang kalah sama peduli waktu itu di musim politik, apakah perilaku mereka akan tetap sama, berani peduli lagi seperti biasa, yang katanya memperjuangkan hati rakyat?. 

Jujur saja, musim politik itu musim tiba-tiba. Tiba-tiba baik dan tiba-tiba jadi pahlawan bagi masyarakat. Mereka manusia, yang secara alamiah hidup dengan tujuan dan kepentingan, jadi mereka bukan pahlawan murni untuk kemaslahatan, tetapi mereka adalah orang-orang yang punya tujuan tertentu atas kekuasaan yang ingin di capainya. 

Musim politik itu, musim penuh kebohongan, lebih halusnya musim penuh tipu-tipu. Dimana kita dibawa di zona Indonesia yang ideal dengan janji-janji mereka, namun pada akhirnya kita menginjak kaki dan sadar hidup pada realitas, bahwa itu hanyalah tipu-tipu dan serba tiba-tiba saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun