Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musim Politik Itu Musim Tiba-tiba

24 November 2024   11:57 Diperbarui: 24 November 2024   12:12 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Yellow Plane / Pinterest

Tenang saja, musim politik ini akan terjadi lagi, tidak hanya sekali, karena Indonesia kan menganut sistem demokrasi. Sistem Demokrasi yang menjelaskan tentang aspek kepentingan dari, oleh, dan untuk rakyat. Namun demokrasi itu hanya sampai pada musim politik, ketika warga negara memilih para calon pemimpin dengan melakukan pencoblosan. Sisanya, tinggal menunggu para calon yang menang dan disahkan secara hukum negara menjadi penguasa. Lalu lihatlah, bagaimana mereka setelah itu, apakah tetap ada ada kepedulian, rasa hormat, janji-janji manis dan hal positif lainnya pas musim politik oleh para penguasa?. Atau, atau, atau para orang-orang calon yang kalah sama peduli waktu itu di musim politik, apakah perilaku mereka akan tetap sama, berani peduli lagi seperti biasa, yang katanya memperjuangkan hati rakyat?. 

Jujur saja, musim politik itu musim tiba-tiba. Tiba-tiba baik dan tiba-tiba jadi pahlawan bagi masyarakat. Mereka manusia, yang secara alamiah hidup dengan tujuan dan kepentingan, jadi mereka bukan pahlawan murni untuk kemaslahatan, tetapi mereka adalah orang-orang yang punya tujuan tertentu atas kekuasaan yang ingin di capainya. 

Musim politik itu, musim penuh kebohongan, lebih halusnya musim penuh tipu-tipu. Dimana kita dibawa di zona Indonesia yang ideal dengan janji-janji mereka, namun pada akhirnya kita menginjak kaki dan sadar hidup pada realitas, bahwa itu hanyalah tipu-tipu dan serba tiba-tiba saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun