Tenang saja, musim politik ini akan terjadi lagi, tidak hanya sekali, karena Indonesia kan menganut sistem demokrasi. Sistem Demokrasi yang menjelaskan tentang aspek kepentingan dari, oleh, dan untuk rakyat. Namun demokrasi itu hanya sampai pada musim politik, ketika warga negara memilih para calon pemimpin dengan melakukan pencoblosan. Sisanya, tinggal menunggu para calon yang menang dan disahkan secara hukum negara menjadi penguasa. Lalu lihatlah, bagaimana mereka setelah itu, apakah tetap ada ada kepedulian, rasa hormat, janji-janji manis dan hal positif lainnya pas musim politik oleh para penguasa?. Atau, atau, atau para orang-orang calon yang kalah sama peduli waktu itu di musim politik, apakah perilaku mereka akan tetap sama, berani peduli lagi seperti biasa, yang katanya memperjuangkan hati rakyat?.Â
Jujur saja, musim politik itu musim tiba-tiba. Tiba-tiba baik dan tiba-tiba jadi pahlawan bagi masyarakat. Mereka manusia, yang secara alamiah hidup dengan tujuan dan kepentingan, jadi mereka bukan pahlawan murni untuk kemaslahatan, tetapi mereka adalah orang-orang yang punya tujuan tertentu atas kekuasaan yang ingin di capainya.Â
Musim politik itu, musim penuh kebohongan, lebih halusnya musim penuh tipu-tipu. Dimana kita dibawa di zona Indonesia yang ideal dengan janji-janji mereka, namun pada akhirnya kita menginjak kaki dan sadar hidup pada realitas, bahwa itu hanyalah tipu-tipu dan serba tiba-tiba saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H