Ada golongan yang sadar akan kehadiran Tuhan sebagai pemberi akal, memandang kemampuan berpikir sebagai karunia ilahi. Di sisi lain, ada golongan yang menganggap kemampuan berpikir manusia sebagai hasil dari proses seleksi alam, tanpa adanya campur tangan metafisis.
Kedua pandangan ini, meski berbeda secara fundamental, tetap didasari pada kemampuan berpikir yang berasal dari fungsi otak. Bagi kelompok pertama, otak adalah sarana untuk memahami Tuhan dan alam semesta secara lebih mendalam, sedangkan bagi kelompok kedua, otak adalah instrumen untuk memahami realitas dengan cara yang rasional dan objektif.Â
Di sini, otak berperan sebagai jembatan antara dimensi metafisis dan realitas empiris.
Intinya, fungsi otak manusia, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks, adalah untuk berpikir. Di awal keberadaannya, otak diciptakan untuk membantu manusia mempertahankan kehidupan, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, otak juga menjadi instrumen utama untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi, mengeksplorasi dunia, dan memahami eksistensi manusia di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H