Kita butuh rasa malu, caranya fahami diri dan mengapa kita hadir di dunia ini bersama banyak orang-orang terbaik dan terburuk di sekitar kita. Fahami, bagaimana kita bisa hidup sejauh ini dengan kondisi yang begitu penuh drama, kemudian tanyakan, apakah selama ini kita sadar bahwa hidup yang dijalani pernah kita hargai sebaik mungkin?, atau bahkan pernah atau tidak kita merasa malu dengan cara kita hidup?.Â
Versi kita adalah versi hidup yang terbaik. Selama kita masih bertanggungjawab atas apa yang kita pilih. Rasa malu perlu, rasa bangga pun juga tentu harus sebagai apresiasi diri.Â
Rasa malu mengajarkan kita untuk tetap rendah diri, menghargai diri dan orang lain. Rasa malu pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat adalah rasa malu dari versi terbaik manusia.Â
Manusia lahir sebagai mahkluk sosial dan sekaligus mahluk berfikir. Karunia mereka dengan kemampuan akal yang maksimal dan keberadaan orang lain menyertai mereka tentu adalah jawaban seberapa istimewa manusia sebagai seorang penduduk bumi.Â
Mereka hidup bersama-sama, dengan dinamika kehidupan penuh gelombang warna warni, hidup manusia penuh cerita, tak akan habis beragam rangkaian kata untuk mengungkapkan berapa banyak cerita soal kehidupan manusia, dari rasa bangga, bahagia, kecewa, duka, sedih, optimis, apatis, dan seterusnya.Â
Semua itu adalah ekspresi nyata manusia hidup dalam ruang sosial, rasa malu pun bagian dari ruang sosial, sehingga setiap manusia haruslah memiliki setidaknya rasa malu terhadap diri mereka.Â
Tujuannya untuk apa? tak lain menunjukan bahwa mereka adalah seorang manusia yang hidup dalam ruang interaksi sosial, saling merangkul, membangun dan berkembang dalam kehidupan yang begitu luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H