"Ada yang rindu, Namun bukan Dilan. Tetapi Desa Sakra Selatan" WTA
Cerita ini, adalah tentang sebuah tempat bersinggah paling tepat. Kusebut ia rumah, sekaligus tempat bersinggah. Tempat itu adalah ruang paling mempersona, hanya aku mungkin yang menyadari se-fantasi ini. Tetapi, tetap saja. Banyak orang selain aku yang menjejaki kaki di sana, tempat dimana orang akan berbangga diri terlahir di sebuah desa yang asing terdengar di telinga orang banyak, namun akan membanggakan ditelingi para penguninnya.Â
Ini adalah bukan kisahku, ini bukan kisah pelarian, bukan kisah percintaan, tetapi tentang sebuah tempat paling luar biasa yang kukenal lama. Desa kelahiran para pemuda/pemudi yang jarang terkenal nama. Tetapi, sungguh saja bagiku, desa itu adalah lentera tak melupakan asap, gelap tak melupakan pijar, bahkan rintik tak melupakan payung. Dia tidak terlalu jauh pada mata orang-orang kota, dan tidak terlalu dekat pada denyut nadi. Singkat saja, kusebut ia sebuah desa bernama sakra selatan.
BIOGRAFI DESA SAKRA SELATAN
Desa Sakra Selatan, sebuah Desa kecil di Kabupaten Lombok Timur provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) , Desa yang menjadi persembahan bumi begitu indah dan menakjubkan di pulau berjulukan seribu masjid. Terletak di Kecamatan Sakra, desa sakra selatan menjadi desa yang membanggakan pusat pemerintahannya yang kokoh di Dusun Penede, sebuah sentra aktivitas yang menyatu dengan sejarah dan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Dengan letaknya yang strategis, Desa Sakra Selatan mengukir tanda di peta geografis Kecamatan Sakra, mendiami bagian selatan dengan cinta dan kesetiaan, bukan berlebihan. Ada kisah panjang yang selalu bercerita soal sakra selatan, bukan sekedar Desa tempat tinggal, bukan tentang kisah persinggahan tempat kelahiran atau kisah cinta yang di rajut para penduduknya. Tetapi lebih dari itu, Desa Sakra selatan adalah desa masyarakat penuh mimpi untuk membangun desanya sendiri, meski tidak seperti kota metropolitan. Langkah paradigma masyarakat sakra selatan bisa di sandingkan pada taraf kemakmuran.Â
Desa Sakra Selatan, sebagai penjaga sejarah yang bisu namun kaya makna, menjadi peta memoar hidup masyarakatnya. Berdiri tegak di tanah Lombok Timur, desa ini adalah cermin waktu yang merefleksikan jejak-jejak perjalanan sepanjang masa. Maka, menilik batas wilayahnya menjadi melibatkan diri dalam sebuah narasi geografis yang menyatu dengan kehidupan dan kekayaan alam sekitar.
Batas-batas yang memayungi Desa Sakra Selatan adalah manifestasi fisik dari integrasi sosial kehidupan masyarakat yang keberlanjutan. Di utara, desa ini bersentuhan dengan Desa Sakra, seperti bersalaman dengan kisah-kisah leluhur yang telah menjadikan kawasan ini tempat bersemayamnya sejarah. Di selatan, senyuman hangat Desa Gelanggang memberikan sambutan penuh keakraban, menciptakan aura kehidupan yang tenang dan penuh keceriaan. Sebelah barat, Desa Borok Toyang menjadi teman setia dalam perjalanan waktu, menyimpan cerita kebersamaan dan persaudaraan yang tak ternilai. Sementara di timur, Desa Montong Tangi berbisik dengan pesona nya, mengajak untuk menjelajahi berbagai sisi cerita yang tersembunyi.
Batas-batas ini bukan sekadar garis-garis di peta, melainkan simbol keharmonisan antara manusia dan alam. Setiap titik sambung ini membawa cerita yang beragam, menjadi jembatan untuk mengenang dan memahami bagaimana masyarakat Desa Sakra Selatan mengelola kehidupannya dengan bijaksana, selaras dengan alam sekitar, serta menjaga hubungan baik dengan desa-desa tetangga.
Dalam ruang dan waktu yang tak terbatas, batas-batas desa menjadi bukti konkret bagaimana keberlanjutan dan identitas lokal melekat pada tanah ini. Desa Sakra Selatan menjadi peta jiwa yang memandu generasi-generasi baru untuk memahami kebesaran budaya, alam, dan persahabatan yang tumbuh subur di tengah-tengah keseharian mereka. Sebagai saksi bisu, desa ini mungkin tidak bercerita dengan kata-kata, tetapi melalui batas-batasnya, ia menyampaikan pesan tentang keelokan dan kebijaksanaan yang terjalin dalam keseharian masyarakatnya.
Desa Sakra Selatan tidak hanya sebatas nama di peta, melainkan sebuah karya seni alam yang dikehendaki Allah SWT yang terdiri dari 8 (delapan) dusun diantaranya Dusun Sengenger, Dusun Selawing, Dusun Sombeng, Dusun Kemalik Jaran, Dusun Teliah, Dusun Montong Bagek, Dusun Penede, dan Dusun Kesuit.
 Setiap dusun seperti bagian dari puisi alam yang diukir dengan penuh keindahan, mengalir seperti riak air sungai yang menari di antara bukit dan lembah. Ada magis dalam bagaimana 37 Rukun Tetangga (RT) di desa ini menjadi pilar penghubung, menyatukan sejuta kisah dan warna dalam alunan kehidupan. Luas tanah yang dimiliki oleh Desa Sakra Selatan, sebesar 591,33 ha/m2, bukan hanya sekadar angka, melainkan pangkalan kehidupan yang memberikan kehidupan bagi masyarakatnya. Di setiap gugus tanahnya, tumbuh kehidupan yang merangkai cerita kebersamaan dan keberagaman.
Sebuah panggung kehidupan menghampar luas di Desa Sakra Selatan, dihiasi oleh 7,574 individu yang membentuk harmoni eksistensi. Dalam genggaman 2,552 kepala keluarga, desa ini membangun struktur sosial yang kokoh, menjadi landasan bagi perjalanan setiap keluarga dan jejak langkah masyarakatnya. Di antara mereka, 2,560 laki-laki dan 5,014 perempuan saling menyiratkan kisah hidup yang beragam, menari dalam keselarasan perbedaan. Usia menjadi alur waktu yang meliuk-lekuk di desa ini, dari riang gembira 600 anak usia 0-6 tahun hingga kebijaksanaan yang terpancar dari kelompok usia yang lebih tua. Mereka adalah pemelihara api peradaban yang menyala, pewaris nilai-nilai luhur yang mengakar dalam budaya setempat. Setiap KK adalah bintang yang bersinar di langit malam desa, menyinari dan membimbing langkah-langkah generasi penerusnya. Dalam kehidupan sehari-hari, Desa Sakra Selatan adalah simfoni harmoni, diiringi oleh kicau burung yang riang, menyambut harapan baru yang membawa kedamaian dan kebahagiaan. Desa sakra selatan bukan hanya sebatas wilayah administratif, tetapi sebuah komunitas hidup yang merajut jalinan persaudaraan di tengah keindahan alam Lombok Timur.
Mata pencaharian di Desa Sakra Selatan seperti alunan musik yang terdiri dari berbagai nadanya. Dengan 1,424 orang menggenggam profesi petani, 1,646 orang menaruh hati pada dunia buruh tani, dan 193 orang menjelma sebagai buruh migran laki-laki, desa ini melukiskan keberagaman dalam setiap sisi aktivitas ekonominya. Sebagai seniman desa, PNS, pedagang keliling, dan berbagai profesi lainnya, sebanyak 3,441 individu menari dalam keindahan kompleksitas kehidupan.
Dalam buku catatan pendidikan yang membuka jendela pengetahuan, terlihat variasi cerita hidup dari usia 3 hingga 56 tahun di Desa Sakra Selatan. Ada 348 anak usia 3-6 tahun yang belum menyentuh dunia TK, 46 anak yang merangkak pertama kali dalam pendidikan tingkat TK, dan 5,068 individu lainnya yang menari dalam lorong pendidikan dari SD hingga S-3 dan tamat SLB A, B, C. Setiap kisah pendidikan adalah lukisan kata-kata yang mencerahkan dan menginspirasi, mengukir jejak pencapaian di bawah langit Desa Sakra Selatan yang menyaksikan pertumbuhan setiap pribadi.
REFLEKSI : BAGAIMANA SEBUAH PERJALANAN DESAKU
Dalam rimbunnya kehidupan Desa Sakra Selatan, harmoni terpancar melalui keadaan dan potensi sumber daya alam yang melibatkan beragam elemen sebagai pilar kehidupan masyarakatnya. Sumber daya alam non-hayati, yang meliputi air, lahan, udara, dan bahan galian, membentuk landasan kokoh dalam mengelola keberlanjutan dan kesejahteraan desa ini. Seperti sebuah simfoni alam, sumber daya air, dengan segala keunikannya seperti air tanah (akifer), mata air, sumur gali, sumur pompa, PAM, dan air permukaan, menjelma menjadi pemandu utama kehidupan sehari-hari.
Meskipun desa ini dipenuhi dengan tantangan keterbatasan sumber daya air, namun upaya pengelolaan yang mengagumkan hadir dalam bentuk sistem pengairan yang tumbuh dari kebijakan pembangunan bendungan. Sistem ini menjadi pelengkap utama dalam memastikan persawahan dapat dihidupi dengan baik, memungkinkan petani dan buruh tani, terutama yang mengabdikan diri pada tanaman tembakau dan padi, untuk menari-nari dalam kebahagiaan panen yang melimpah. Keberadaan berbagai sumber air, seperti sumur gali dan sumur pompa, menjadi lambang nyata komitmen desa dalam mempertahankan ketahanan pangan dan kemakmuran ekonomi lokal.
Di samping peran gemilang sumber daya air, lahan juga tampil sebagai tokoh utama dalam drama keberlanjutan pertanian Desa Sakra Selatan. Dengan mayoritas penduduk yang menekuni profesi sebagai petani dan buruh tani, seni pengelolaan lahan menjadi kunci keabadian pertanian yang lestari. Sumber daya hayati, seperti perkebunan dan hortikultural, menambahkan nuansa keindahan bagi desa ini. Tanaman tembakau dan padi, bagaikan bunga-bunga cantik, menjadi bintang utama dalam panggung pertanian, memberikan kekayaan dan keberlanjutan ekonomi bagi masyarakat.
Udara yang bersih dan lingkungan yang terjaga menjadi lukisan estetik dalam menjaga kualitas hidup di Desa Sakra Selatan. Kesadaran akan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan termanifestasikan dalam setiap langkah untuk menjaga keseimbangan ekosistem desa, sebuah tarian kehidupan yang selaras dengan kegiatan pertanian dan pengelolaan sumber daya alam lainnya.
Namun, dalam seni pengelolaan bahan galian, desa ini memerlukan pandangan bijak untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan. Keterlibatan masyarakat sebagai seniman alam ini akan menjadi kunci harmoni, memastikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan yang damai di masa depan. Melalui ekspresi keberlanjutan ini, Desa Sakra Selatan berupaya tumbuh sebagai karya seni yang seimbang, sebuah tempat di mana kebutuhan manusia dan pelestarian alam saling memeluk dalam keindahan yang abadi.
MENURUTKU....Â
Kisah ini adalah tentangnya, kisah desa kelahiranku. Tentang kisah yang begitu menghibur tanpa henti. Tidak di batasi pada titik sebuah lanjutan aksara, bahkan lidah yang berucap pun malu untuk menyudahinya. Kisah ini adalah tentang desa sakra selatan, yang begitu penuh cerita tanpa henti-hentinya dihujani dengan kepenasaranan. Aku terlahir di sana, desa sakra selatan, menjadi salah satu penduduk di antara mereka. Masyarakat ramah tamah, kepedulian mereka nomor satu, solidaritas tidak perlu menjadi tanda tanya. Selalu ada kepekaan diantara mereka. Kepedulian masyarakat tidak hanya lingkaran mereka saja. Para pihak pemerintah desa pun berpartisipasi aktif dalam berbagai urusan yang diperlukan masyarakat. Mereka saling peduli, bukan tentang pegawai dan masyarakat semata, tetapi sebagai keluarga yang merangkul bersama. Bukan tentang cerita saling membantu orang lain, tetapi cerita kepedulian meski tak kenal nama, tetapi ikatan keluarga turun temurun menjadi ikatan yang dilihat, tetapi diakui dalam budayanya.Â
Aku sendiri memahami itu, desa ku (sakra selatan) adalah desa yang berkembang menuju kemajuan, mereka bersama-sama melangkah membangun desa itu. Desa yang tak terkenal, namun selalu terkenang bagi para penduduknya, termasuk aku sendiri, Wahyu Trisno Aji salah satu warga dari desa sakra selatan dari dusun Gelenter
Sumber utama :
 https://sakraselatanblog.wordpress.com/about/
https://www.kecarat.com/2016/08/daftar-nama-desa-dusun-di-kecamatan_7.html?m=1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H