Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Interpretasi Subjektif: Menjelaskan Makna dari Sesuatu

8 Agustus 2023   11:01 Diperbarui: 8 Agustus 2023   12:43 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sejak dahulu kala lahir sebagai spesies bertanya, sehingga sepantasnya mereka ini disebut sebagai mahkluk kepo. Banyak hal yang ingin diketahui, pada akhirnya jawaban tidak pernah terpuaskan. 

Baik itu ditemukan dalam buah fikiran, hingga pada eksperimen empirisme. Tidak bisa dipungkiri, kepenasaranan manusia menjadi satu proyek yang merepotkan. Sebab dari pertanyaan-pertanyaan yang selalu di ajukan, menimbulkan implikasi ketidakpuasan. 

Manusia sejak dulu membuka berbagai kotak pandora kepenasaranan. Kadang-kadang dengan percaya diri dengan keraguan mereka melemparkan pertanyaan hingga pada narasi metafisika. Inipun menjadi penyebab manusia selalu ada pada fase bertanya, dan bertanya. 

Tidak ada jawaban yang memuaskan. Ini pun memberangkatkan satu postulat penting bahwa kerelativitasan menjadi hal pasti, akan tetapi yang pasti belum tentu dikatakan final. 

Sehingga disinilah titik paradoks penekanannya. Bahwa manusia selalu ada pada pandangan yang mengharuskan mereka berfikir sejauh mungkin atas apa yang dipertanyakan, kemudian kapan hari mereka membuka pengetahuan yang begitu rahasia. Tidak diketahui itu apa, yang pasti semua berbentuk pada satu jawaban yang disebut sebagai "SESUATU". 

Manusia bertanya, dan Mereka sendiri yang harus berusaha menjawabnya. Mereka mencari, pun akan menimbulkan pertanyaan kembali. Jika demikian, lebih baik menitik beratkan pada kebingungan atas pertanyaan daripada menjawab pertanyaan dengan narasi yang kompleks, namun itu adalah musibah bagi fikiran. 

Tiap narasi akan selalu dihadirkan. Eksistensi manusia bukan lagi sekedar ucapan lisan dan tulisan. Manusia menciptakan kondisi yang mengharuskan mereka menjawab satu variabel atensi berfikir, yakni apakah itu sesuatu?

Dengan ini proyek yang sama akan coba dijawab dengan deskriptif, tentunya ini adalah bagian interpretasi subjektif yang kapan-kapan akan mengalami kegagalan ketika kecacatan ditemukan. 

APAKAH SESUATU ITU? 

jika menjawab pertanyaan mengenai apakah sesuatu?. Maka sama halnya menjawab apakah ada sesuatu?. Dua pertanyaan ini merupakan pertanyaan filosofis mengetes jejak kepala. Kapan manusia bisa mengetahui sesuatu itu sebagai pengetahuan yang mereka dapatian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun