Cerita liburan kami adalah cerita sembalun. Keberadaan desa yang terletak di Lombok Timur. Jaraknya dari kos dan lokasi nya memang cukup jauh, namun kesempatan datang ke sana juga sangat langka. Sebab, diantara kami memiliki kesibukan yang sama, tapi berbeda-beda.Â
Kami adalah anak kos-an. Jika liburan, membutuhkan pertimbangan yang matang. Karena kami akan mengorbankan uang jajan demi sebuah kepergian. Jauh iya, namun nilai kepuasan tak bisa tergandingi. Sembalun punya cerita tentang kami dan anak kos-kosan. Kendati tidak semua anak kos-kosan ikut berpergian. Namun langkah kita untuk pergi liburan ke sembalun sudah renyah dan sangat matang di rencakan.Â
Liburan kami tidak sekedar sampai ke sembalun lalu pergi. Tapi banyak moment yang katanya akan terjadi sekali dalam Sehidup. Ini memang terdengat lebay, tapi inilah moment pertama kali anak kos an seperti kami pergi liburan. Sembalun sebagai cerita poto-poto kami di sana. Banyak moment poto yang terlihat biasa saja (potonya yang biasa aja), akan tetapi moment kepergian itulah yang menjadi nilai berharga.Â
Berangkat pagi, pulang malam. Kami bukan bang Toyib, tapi anak kos-kosan yang fakir liburan. Sekali liburan, menantang diri untuk keliling lombok, menjelajahi desa-desa yang tak pernah di lalui sebelumnya. Diantara kami memang pernah pergi ke sana, tapi tidak dengan kami bersama (anak kos-kosan).
TUTUP SAJA CERITANYA..Â
Sembalun dan cerita anak kos-kosan yang pernah pergi ke sana. Terima kasih atas waktu yang disempatkan dan cerita yang dilekatkan. Anak kos-kosan yang fakir liburan ini jarang sekali berencana pergi.Â
Sebagai penutup, ada satu quotes yang saya buat sendiri mengenai anak kos, yang berbunyi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H"Liburan bukan tentang pergi dan poto. Tapi tentang moment bersama sembari di fasilitasi pemandangan yang luar bisa. Liburan menghilang kan kesetresan, juga membuat kita akan lebih produktif menghadapi rutinitas kebosanan setiap harinya".