Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dengan Berfilsafat

25 Juli 2022   20:07 Diperbarui: 25 Juli 2022   20:19 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: simply knowledge

Filsafat adalah deskripsi bagaimana seseorang yang mencintai kebijaksanaan. Filsafat hadir untuk menelaah bagaimana kehidupan manusia secara sistematis, Radikal, mendalam, holistik dan futuristik. 

Berfilsafat artinya semua hal tak diterima secara cepat, melainkan mereka merespon secara skeptisisme apa yang mereka dapatkan dari siapapun sebagai bentuk pertimbangan yang perlu tidak diterima secara instan, melainkan dilakukan kajian mendalam untuk menentukan apakah yang dilakukan itu berdasarkan asas asas tertentu yang perlu menjadi pertimbangan dalam kehidupan yang masih bersifat tentatif dan ambigu. 

Dalam jangkauan lebih luas lagi. Filsafat memberitahu manusia tentang apa yang harus mereka jalani dengan jalur yang lebih bijaksana. Ketika apa yang harus mereka perbuat mampu mereka pertanggungjawaban kan dengan bijaksana untuk hidup yang lebih bahagia. Hal ini memang cenderung sulit dan tidak bisa mencari jalan pintas untuk hidup yang lebih produktif. 

Namun dengan berfilsafat dalam hidup, manusia bisa menelusuri kondisi kehidupan yang mungkin bersifat partikularitas, tapi manusia bisa intervensi ke dalamnya sebab kefahaman mereka pada hidup telah mereka kondisionalkan dengan baik dan bijaksana. 

Memang hal ini tidak bisa di pungkiri bahwa filsafat bukan solusi hidup, ataupun jalan hidup yang paling benar, ini fakta yang sebenarnya dan tak mungkin bersifat absoult. Namun filsafat bisa memberikan manusia opsi yang lebih rasional(walaupun ada kecenderungan absurd) untuk hidup tanpa harus mengakatakan menyerah pada diri sendiri. 

Tidak ada terminologi dalam filsafat kata menyerah dalam hidup. Yang ada hanyalah pesimis pada hidup namun mereka mulai merekonstruksi dan merevitalisasi hidup dengan bijaksana dengan cara mereka sendiri. 

Perlu diingat bahwa setiap hidup orang punya jalan mereka masing masing, setiap orang punya cerita masing-masing. Dengan hal ini perlu diingat lagi bahwa cerita yang di bangun oleh manusia versi itu ujian tersenyum dan hasil tersendiri. Namun yang disepakati adalah bagaimana filsafat bisa menjadi metode yang kreatif dan inovatif agar tidak mudah tertipu dengan basis-basis pembenaran yang masih berkarakter dogma. 

Hidup dengan berfilsafat bukan satu hal yang mudah dilakukan, sebab jika seseorang berfilsafat di dalam hidupnya. Maka mereka akan memulainya dengan segala bentuk resistensi yang bergejolak, dari stereotip masyarakat yang memandang filsafat buruk, hingga distignsi yang cukup fenomena di dalam kehidupan seseorang dengan berfilsafat. 

Orang yang memilih hidup dengan cara berfilsafat cenderung lebih tidak menerima apapun dengan cepat, mereka lebih memilih untuk mengadopsi keraguan sebagai instrumen utama di dalam penerimaan. 

Mereka akan lebih menginginkan sesuatu dengan cara melihat secara holistik kondisi kehidupan, sehingga mereka meragu untuk meyakin atas apa yang keputusan dan tindakan yang di lakukannya. Mereka yang berani berfilsafat dalam hidup siap menerima konsekuensi yang akan mereka hadapi didalam berbagai sisi dan kondisi. 

Perbedaan pendapat, tindakan hingga keinginan akan menjadi hal yang normatif jika seseorang berbeda dalam hidup. Dengan cara berfilsafat lah mereka lebih meyakinkan kebijaksanaan yang telah mereka capai tidak mereka ragu, sebab sejak awal keraguan di posisikan pada posisi yang paling awal dan proporsional. reaksi yang diputuskan itu berdasarkan hasil olah pengamatan dari keraguan yang mereka anggap masih belum meyakinkan. 

Hingga pada ujungnya kebijaksanaan menjadi parameter mereka menuju kehidupan yang lebih kondisif. Entah itu mereka harus melawan arus, ataupun menghadapi kondisi yang membuat mereka merugi pada waktu tertentu, namun mereka lebih mempercayai dengan meragu, mengamati, dan beraksi dengan anggapan yang lebih dipertanggung jawabkan membuat mereka bisa eksistensi dengan cara mereka sendiri. 

KONKLUSI

dalam berbagai prespektif manusia bisa mengontrol kebutuhan kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri, untuk sekedar hasil tidak ada yang tahu. 

Potensi aksi yang di lakukan oleh setiap individu ataupun kelompok memiliki jalan tersendiri, dan pastinya motivasi tersendiri untuk ber dinamika dalam hidup.

Hal tersebut cukup wajar jika kehidupan dipandangi dalam prespektif dengan jangkauan yang cukup luas. Hidup dengan cara berfilsafat membawa seseorang lebih tersadar akan eksistensi nya. Mereka mampu melihat kehidupan tanpa filsafat, namun dengan filsafat lah kehidupan bisa diragukan dan lebih meminimalisir kerugian dan penyesalan. 

Hidup melalui filsafat bisa mengajarkan seseorang tentang meragu untuk mencapai kehidupan yang lebih bijaksana. Bukan kehidupan yang penuh ambisi ataupun merugikan sebagian sisi, melainkan kehidupan yang dimulai dengan pertanggungjawaban hingga menuju kebijaksanaan yang pastinya semuanya bisa terkoneksi, terkontrol, ter akuntabel, ter akomodasi hingga terbaik untuk manusia jalani. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun