AKU YANG BERTANYA TENTANG DIRIKU
Sejak lahir manusia sudah mengenal diri mereka sebagai makhluk yang berkesadaran, mereka sadar melalui perantara rasio ataupun akal yang di mana mereka menganggap diri mereka mampu menjelaskan definisi definisi dari makhluk lain seperti hewan maupun manusia. Yang jadi lebih menarik lagi ialah kondisi seperti ini merupakan hasil dari Bagaimana interaksi manusia terhadap makhluk yang lain yang memicu lahirnya nya objek.
Kelahirannya berasal dari Bagaimana manusia harus mengetahui sesuatu yang di luar dirinya untuk dianggap sebagai sebuah pembenaran karena manusia di saat itu memiliki kemampuan untuk menganalisis sesuatu yang berada di luar dirinya, apapun jenis dan apapun itu yang terpenting itu berasal dari di luar dirinya.Â
Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah mereka tidak secara totalitas mampu didefinisikan Sebab mereka tidak ingin menganggap dirinya sebagai aku itu dijelaskan secara spontanitas melalui sebuah kesadaran.Â
Keberadaan aku dalam hal ini adalah dirinya sendiri yang mampu menjelaskan orang lain namun tidak mampu untuk intervensi ke dalam dirinya sebagai aku Sebab aku adalah yang mampu mendefinisikan orang lain sebagai subjek dan aku yang mampu mendefinisikan orang lain sebagai objek tanpa harus mendefinisikan dirinya sebagai objek yang ditata (dijelaskan) oleh orang lain.Â
Sehingga hal inilah yang menjadi pertanyaan yang mengganjal pada dalam diri manusia sebab Manusia adalah makhluk yang dikatakan makhluk yang eksistensialisme sangat paling akurat (sensitif) dibandingkan makhluk yang lain.Â
Buktinya ialah manusia mampu menjelaskan keberadaan apel ataupun keberadaan singa jika mereka ingin mengetahui Di mana posisi apel dan bagaimana keberadaan nya di kala itu sebagai dirinya ke-apelan yang essensial.Â
Hebatnya manusia juga dengan potensi yang memungkinkan mampu menjelaskan dimana posisi ataupun karakteristik dari manusia lain dengan menjelaskan Bagaimana sosok orang tersebut berperilaku dan bagaimana sosok manusia tersebut memberikan interaksi satu sama lain terhadap kondisi dirinya dengan dirinya maupun kondisi dirinya dengan kondisi alam sekitar.Â
Namun yang sulit dilakukan oleh manusia adalah mengakui dirinya sebagai aku yang kemudian mereka jelaskan, keadaan seperti ini akan membawa manusia menuju ketidakteraturan dan kekacauan terhadap diri mereka sebagai aku yang terlihat tak berkesadaran.Â
Padahal posisi seperti ini sama saja di dalam keadaan manusia yang telah dijelaskan sebelumnya sebagai objek yang di luar dirinya, namun posisi aku ketika dijelaskan sebagai aku sendiri tidak ingin terasa amati Sebab aku adalah sesuatu yang sifatnya struktur namun dijelaskan oleh orang lain mengalami alienasi dari keteraturan itu sendiri.
Akibat dari aku yang teramati menyebabkan aku bukanlah bagian dari ke-aku-an itu sendiri secara eseensial, sebab pengakuan terhadap aku sudah mengalami eliminasi dan esensial dari dalam di aku sudah mengalami kekurangan kekurangan sebab telah diinterpretasikan oleh orang lain di luar dari diri aku itu.Â