Filsafat terkadang menjelaskan beberapa indikasi yang lebih komprehensif dan holistik untuk menemukan jawaban-jawaban lebih objektif. Dalam kasus kiamat ini sendiri ada penjelasan yang menjadi hal yang krusial untuk filsafat intervensi ke dalamnya. Seperti kasus Bagaimana dalam tanda-tanda kiamat rusaknya alam semesta.
Dalam paradoks ilmu pengetahuan. Ada yang menjadi hal ganjil dalam terciptanya alam semesta. Bahwa terciptanya jagat raya ini berasal dari hal yang padat kemudian berubah menjadi kekuatan yang besar dan melebar. dikarenakan ada kekuatan-kekuatan yang eksternal mampu untuk memperluas keadaan yang statis menjadi keadaan dinamis.Â
Dalam konseptualisasi sentralitas tersebut, maka akan menjadi paradoks bahwa ketika hancurnya alam semesta ini dengan tanda-tanda kiamat. Pastinya ada hal-hal yang atomis yang pastinya timbul ketika hancurnya alam semesta ini( sesuai dengan hukum termodinamika 1 bahwa Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja).Â
Sehingga dalam konklusif ini bahwa tidak mungkin sesuatu yang telah hancur tidak akan menjadi tiada.pastinya walaupun keadaanya sudah hancur seperti mode eskatologi. Adanya partikel partikel sisa pastinya ada, walaupun itu bukan partikel yang sebenarnya.Â
Namun tetap saja dalam hal ini ada energi yang hadir sebagai pembentuk sesuatu yang lain untuk menghadirkan eksistensialisme dari benda benda yang ada, seperti contohnya galaxy ataupun hal hal lainnya yang bisa terkonsumsi oleh kongnitif manusia dengan jelas dan logis.
Walaupun demikian, dengan jawaban-jawaban dari asumsi filsafat bisa saja terjadinya kesalahan sewaktu-waktu. telah dijelaskan sebelumnya bahwa filsafat menjawab segala hal bisa saja berubah Utopia maupun berbau persuasif dalam bentuk realitas logis.Â
Dalam kajian eskatologi dan filsafat intervensi ke dalamnya adalah sebuah syarat yang memang masyarakat bisa menerimanya. Namun dalam hal sangat sulit orang memahami filsafat. Namun karena filsafat lah orang akan memanifestasikan hidup dengan lebih baik lagi.
Dengan kajian-kajian eskatologi dalam agama. Terkadang manusia menerimanya saja tanpa harus menganalisis aspek aspek apa saja yang menjadi kebingunan. Namun itulah Manusia dengan kekurangan, dan mengisi dengan ruang kosong dengan instrumen instrumen ilmu pengetahuan yang manusia ciptakan sendiri.Â
Sehingga hal inilah yang menjadi keunikan dari manusia dengan komparatif mahkluk lain. Bahwa Manusia adalah mahkluk berakal yang mampu menjawab kebingungan. Walaupun kebingungan tersebut bersifat relatif dan UTOPIA. Namun dengan metode Inilah kebingunan tersebut menjadi bisa di minimalisir dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H