Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senam dan Bahagia

15 Oktober 2023   19:36 Diperbarui: 16 Oktober 2023   01:24 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senam dipandu oleh Instruktur untuk mengikuti gerakan senam sesuai dengan gaya Sang Instruktur. | Foto: Wahyu Sapta.

Ada barisan yang dari arah gang, atau di tengah area taman, juga jalan. Berpencar. Yang penting bisa gerak badan dan sehat. Mencari keringat, sehingga badan menjadi sehat.

Gerakan senam mengikuti Instruktur. | Foto: dokpri.
Gerakan senam mengikuti Instruktur. | Foto: dokpri.

Ternyata menyenangkan ya, bisa gabung mengikuti senam bersama. Gerakan senam dari Instruktur juga mudah diikuti, jadi tidak ketinggalan gerakannya. 

Saya jarang-jarang mengikuti senam RW bersama warga, karena kebetulan biasanya dilakukan di hari Minggu. Sedangkan pada hari itu saya sering mengunjungi orang tua sebagai tanda bakti. Sesekali saja saya mengikuti dan tidak tiap bulan. Padahal acara ini menyehatkan dan membuat bahagia, loh.

Setelah selesai senam, saatnya menikmati hidangan yang disediakan. Teh hangat menari-nari, air putih bagai berteriak memanggil, bisa menjadi pengganti cairan dalam tubuh yang keluar ketika senam. Jangan sampai dehidrasi, ya.

Selesai senam bisa mengambil minum teh hangat atau air putih, agar tidak dehidrasi. | Foto: dokpri.
Selesai senam bisa mengambil minum teh hangat atau air putih, agar tidak dehidrasi. | Foto: dokpri.

Hari itu, sajian Nasi Pindang makanan khas Kota Kudus sudah berjajar rapi di meja. Persiapan menata piring berisi nasi dan daging sudah dilakukan oleh katering yang kami pesan. 

Nasi Pindang khas Kudus sebagai sajian setelah senam. | Foto: dokpri.
Nasi Pindang khas Kudus sebagai sajian setelah senam. | Foto: dokpri.

Kuahnya coklat, memakai santan encer dengan bumbu kluwak. Sedap dong. | Foto: dokpri.
Kuahnya coklat, memakai santan encer dengan bumbu kluwak. Sedap dong. | Foto: dokpri.

Hem, lumayan juga rasanya. Tidak harus ke Kudus buat merasakannya. E tapi, kalau di Kota Kudus, biasanya Nasi Pindang memakai daging kerbau. Sedangkan yang ini memakai daging sapi. Sama enaknya.

Nah, tak lupa, setelah selesai senam, para ibu berfoto sebagai kenangan. Maklumlah. Begitulah. Jika dibandingkan dengan para bapak, 1:10. Bapak berfoto 1 kali cukup, sedangkan ibu 10 kali kadang belum puas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun