Diseduhkan ke dalam panci yang berisi air panas. Ditutupnya panci separuh, agar uap tak banyak keluar dan makanan cepat matang.
Saya tak kalah cekatan membuka layar handphone mengklik kamera bersiap untuk memotretnya. Rupanya ia sadar kamera, dan memberi kesempatan saya untuk memotretnya.Â
"Lebih bagus lagi, kalau ibu memotretnya saat sajian untuk sudah lengkap. Sudah ada kerupuknya." katanya.
Ahai, rupanya ia tidak tahu kalau saya memang suka memotret apa saja.Â
Saya memotret proses pembuatannya. Itu yang mengasyikkan menurut saya. "Bisa jadi bahan tulisan, loh," kata saya dalam hati.
Ia kemudian mengambil satu buah lontong, diiris dan ditaruh di atas piring menjadi dua bagian.Â
Hanya butuh satu menit, bahan mie dan kecambah berpindah ke atas piring yang berisi lontong. Ia membuat sajian satu per satu. Jadi, mie dan kecambah yang direbus tadi, hanya untuk satu piring.Â
Kemudian ia menambahkan tahu pong yang sudah diiris tipis di atas sajian. Ia mengambil sebuah botol yang berisi bumbu cair.Â
Saya rasa, botol itu berisi bawang putih yang dihaluskan, lalu diberi air. Mungkin jika dimasukkan ke dalam botol, akan mempermudah pada saat penyajian, karena tinggal menuangkannya ke atas piring. Oh, ternyata ini bumbu utamanya.
Disusul kecap manis, sekitar satu sendok teh, yang dikucurkan cepat, yang juga ditaruh dalam sebuah botol. Remukan kerupuk gendar menyusulnya, lalu sentuhan terakhir diberi irisan seledri dan bawang goreng. Siraman air satu sendok sayur dari panci memungkasi.Â