Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cerita tentang Bakmi Jawa Rebus di Kopi Lumbung Mataram Yogyakarta

11 Maret 2023   09:43 Diperbarui: 11 Maret 2023   13:38 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambil menunggu bakmi Jawa tersaji, kami ngobrol bersama Mbak Ita. Kan... kan... gorengan hangat langsung tandas. | Foto: dokpri.

Bakmi Jawa Rebus khas Yogyakarta, cenderung asin gurih, dengan daging ayam jawa dan telur bebek. Mari makaaan... | Foto: Wahyu Sapta.
Bakmi Jawa Rebus khas Yogyakarta, cenderung asin gurih, dengan daging ayam jawa dan telur bebek. Mari makaaan... | Foto: Wahyu Sapta.

Rasa Bakmi Jawa di Yogyakarta berbeda dengan Semarang. Aromanya juga berbeda. Jika khas Yogyakarta, bakmi jawa asin gurih, daging ayam jawa, dan memakai telur bebek. Kuahnya cenderung putih dan tidak memakai kecap. Juga lebih encer. Saya memang suka bakmi kuah yang banyak, seperti berenang.

Sedangkan di Semarang, bakmi jawa memakai kecap, daging ayam potong, dan memakai telur ayam. Rasanya lebih condong manis gurih. Memakai kemiri sebagai bumbunya, sehingga kuahnya kental.

Saya sih, suka semuanya, karena memang penggemar mi. Baik khas Yogyakarta maupun Semarang, sama-sama segarnya. Apalagi disantap memakai cabai yang pedas. Huh hah, mantap deh.

Sembari menyantap mi, panjang lebar Mbak Ita bercerita banyak. Berbagai topik ada di obrolan kami. Ah, malam semakin seru. Didukung suasana syahdu dengan cahaya lampu redup. 

Pandangan saya berputaran. Kursi-kursi yang tertata, hampir semuanya kursi jadul. Katanya hunting dari berbagai tempat. Sebuah lesung yang terbuat dari kayu kuno, menarik perhatian saya. Bagus, begitu batin saya.

Salah satu sudut ruang di Kopi Lumbung Mataram, ada lesung yang menarik perhatian saya. Ada juga gamelan sederhana. Klasik! | Foto: Wahyu Sapta.
Salah satu sudut ruang di Kopi Lumbung Mataram, ada lesung yang menarik perhatian saya. Ada juga gamelan sederhana. Klasik! | Foto: Wahyu Sapta.

Seperangkat alat musik gamelan sederhana, juga ada di sana. Pengunjung bisa mencoba memainkannya, atau sekedar berfoto dengan latar belakang alat musik gamelan itu.

Kursi-kursi jadul, sebagai tempat duduk di kedai ini. | Foto: Wahyu Sapta.
Kursi-kursi jadul, sebagai tempat duduk di kedai ini. | Foto: Wahyu Sapta.

Mbak Ita bilang, biasanya ada musik live keroncong, tetapi hanya ada di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu malam. Oh, gitu ya. Padahal kami datang hari Rabu. Jadi, tidak bisa menemui mereka. It's okay, siapa tahu kami berkunjung di lain hari, bisa menikmatinya.

Musik keroncong dengan lagu-lagu jadul, pasti akan menambah suasana semakin terpental ke masa lalu. Apalagi kata Mbak Ita, pemusiknya merupakan pemusik sepuh sekitar lokasi kedai yang direkrutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun