Bagaimana? Cukup mudah bukan? Yuk, dicoba resepnya.
Saat kuliner di tempat penjual aslinya, Soto Kemiri memiliki keunikan pada saat penyajian. Nasi yang telah diberi kuah, beberapa kali kuahnya dituang kembali ke dalam kuali tempat kuah, kemudian, sebagai sentuhan terakhir, kuah kembali dituang, sebagai proses terakhir hingga nasi menjadi hangat.Â
Alasan dari penjualnya saat saya tanyakan mengapa begitu, katanya biar bumbu meresap dan nasinya menjadi hangat. Dan memang iya, bumbu meresap dalam nasi.Â
E tapi, mungkin juga karena sudah menjadi kebiasaan dari penjualnya ya, dan itulah yang menjadi ciri khasnya. Cara itu terjaga secara turun menurun hingga sekarang, saat penjual menyajikan Soto Kemiri ini. Unik, kan?
Fuuuiii... akhirnya selesai juga acara masak-memasaknya. Beberapa kali kakak dan adiknya menengok ke dapur, bertanya, apakah masakan soto sudah matang atau belum. Duh, tidak sabaran mereka. Mungkin juga karena mereka sudah lapar dan ingin segera menyantap soto kegemaran mereka.
Sajian soto yang melimpah ruah kuahnya, terlihat segar. Cocok disajikan saat suasana panas ataupun cuaca hujan. Kuah yang hangat, segar dengan kucuran jeruk dan sambalnya.Â
Soto Kemiri ini meskipun berkuah santan, tidak eneg karena tidak kental. Rasanya asin dan gurih dari kaldu ayamnya, sedangkan manis karena kecap manis yang menjadi pelengkap soto. Wangi dari daun salam dan daun jeruk yang sengaja saya beri banyak. Bertambah sedap ketika bumbu pelengkap menari di atas sajian semangkuk soto.
"Gimana rasanya?"