Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Amarah Gerimis

31 Agustus 2021   12:49 Diperbarui: 3 September 2021   22:15 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gerimis ketika malam purnama. (sumber: pixabay.com/Firenzos)

Sesekali bunyi sesegukan yang ia tahan, tak sadar keluar. Lalu tetes air mata menitik. Segera diusapnya, karena ini tabu. Sebagai lelaki, ia pantang meneteskan air mata.

"Ambil air wudlu. Salatlah dua rekaat. Setelah itu, memohonlah kepada Allah. Mengadulah kepada-Nya. Meminta ampun hanya kepada-Nya. Itu saranku. Aku tak bisa membantu banyak." Kata seseorang yang dipanggilnya kakek.

Hitungan waktu yang terus merambat, bagai melambat, padahal demikian cepat berpacu. 

Tua bukan lagi tanda lapuk atau rapuh. Melainkan semakin dinamis dan menyenangkan. Betapa tidak, kekayaan yang melimpah membuat percaya dirinya bertambah. Ada sedikit pongah yang menggelayut dalam dirinya. Meski ia simpan rapat, seolah tak terlihat.

Jalu adalah orang yang baik, santun, memiliki jiwa dermawan. Mudah trenyuh ketika melihat orang yang sedang kesusahan. Tetapi juga jiwa pongahnya terkadang muncul. Ia merasa dirinya yang paling benar dan jarang mendengarkan perkataan orang lain.

Ilustrasi Amarah Gerimis. Foto: Wahyu Sapta.
Ilustrasi Amarah Gerimis. Foto: Wahyu Sapta.

Ingatannya mengembara pada sebuah peristiwa yang baru lalu.

Angin kering merayap pelan, menghembuskan bau wangi. Ia terkesima melihat apa yang ada di depannya. Setumpuk uang begitu menggoda.

"Kamu tahu siapa saya?" tanya seseorang berparas putih dan berbaju rapi. Dasi yang terpasang di leher terbuat dari sutera. Kulit putih bersih, menandakan orang tersebut jarang keluar rumah, selalu dalam ruangan ber-AC.

"Iya, saya kenal bapak. Lalu apa yang bisa saya bantu?" Ia bertanya dengan sopan.

"Aku mau, kamu membawa pengiriman ini tanpa tercium petugas. Bisa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun