Sajian ini, tanpa daging maupun kaldunya. Cocok juga untuk vegetarian, karena tanpa daging. Paling banter, teman dari lentog ini adalah sate telur puyuh, sate uritan, gorengan, dan kerupuk krecek.
Jika mau pedas, biasanya disediakan cabai rawit utuh yang direbus, atau bisa juga ditambah sambal cabai merah. Bisa meminta sesuai selera.
Hem, ketika saya bisa mencicipi Lentog Kudus, saya merasakan nikmat yang patut disyukuri. Merasakan lentog ini adalah sesuatu, karena lebaran kemarin tergelontor oleh makanan yang berdaging dan bersantan. Lentog cocok sebagai sajian penyeimbang setelah lebaran.
Dua hari menikmati sajian lontong opor, rendang daging, sambal goreng hati, perut rasanya penuh dan ingin menikmati sajian yang lebih ringan. Lentog ini salah satu sajian yang cocok disantap saat habis lebaran. Meskipun sebenarnya, lentog bisa dinikmati setiap hari, tidak hanya pada saat lebaran saja.Â
Banyak yang menjualnya pada pagi hari, karena lentog merupakan kuliner sarapan favorit yang banyak dicari di kota Kudus. Murah meriah, sederhana, dan tidak membuat kantong jebol.Â
Porsi kecil, bisa nambah berkali-kali apalagi jika penikmatnya adalah ABG. Kalau saya sih cukup satu porsi sudah kenyang, apalagi setelah puasa ramadan, perut masih menyesuaikan agar tidak makan terlalu banyak terlebih dahulu.
Yuk, jika mampir ke Kota Kudus, cicip lentog ya. Bisa ditemukan pada saat pagi hari hingga siang. Kuliner khas Kota Kudus yang legendaris ini, merupakan sajian tanpa daging. Nikmat dan lezat. Segar dan ringan. Tidak eneg meskipun bersantan.Â
Bisa menjadi menu alternatif setelah lebaran, karena sajiannya tanpa daging.Â
Tetap menjaga protokoler kesehatan dengan 3 M. Memakai masker, menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan dengan sabun, agar terhindar dari penularan dan penyebaran penyakit Covid-19.Â
Menikmati kuliner khas, tetapi tetap harus menjaga kesehatan. Jangan lengah, ya.