Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Lentog, Kuliner Khas Kota Kudus, Sajian Tanpa Daging

15 Mei 2021   23:34 Diperbarui: 16 Mei 2021   02:33 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lentog, kuliner khas Kota Kudus, sajian tanpa daging. Foto: Wahyu Sapta.

Banyak sajian kuliner khas yang bisa didapat ketika berkunjung ke Kota Kudus. Selain soto Kudus, nasi pindang, jenang, juga ada lentog Kudus. Memang lentog ini tidak sepopuler kuliner lainnya. Padahal lentog ini termasuk kuliner legendaris yang telah lama ada, loh.

Dahulu, beberapa kali saya bisa mampir dan sering mencicipi kuliner ini. Tetapi semenjak pandemi merebak, saya membatasi untuk mampir ke tempat kuliner jika sedang mengunjungi kota tertentu, termasuk kuliner lentog. Sekarang, paling banter saya take away atau memesan untuk dibawa pulang, sebagai obat kangen pada makanan tersebut saja.

Seperti hari ini, tanggal 15 Mei 2021, saya berkesempatan mengunjungi Kota Kudus. Nah, saya dan keluarga ingin kembali mencicipi lentog Kudus yang khas ini. Memang saya tidak makan di tempat, melainkan memesannya untuk dibawa pulang. 

Masih agak cemas pada pandemi. Sebisa mungkin saya mengurangi kerumunan dan tetap menjaga prokes agar terhindar penularannya. Apalagi masih dalam situasi lebaran, banyak yang antre untuk bisa menikmati kuliner khas ini.

Ketika musim lebaran seperti sekarang, beberapa pemudik yang bisa pulang kampung atau pengunjung Kota Kudus, biasanya akan menyerbu penjual lentog. Mereka ingin menikmati sajian yang dikangeni, karena hampir jarang ada tersedia di kota lain. Hanya ada di Kota Kudus.

Sedangkan lentog itu sendiri banyak ditemui di berbagai lokasi di Kota Kudus. Hampir di setiap tempat, banyak yang berjualan lentog di pagi hari hingga siang. Tetapi lokasi yang paling gampang dan pasti ada, adalah di Desa Tanjung Kecamatan Jati, Kudus. 

Di lokasi desa Tanjung merupakan pusat kuliner lentog, sehingga populer dengan nama Lentog Tanjung. Para pemburu kuliner lentog, sudah hafal dan akan menuju Desa Tanjung untuk bisa merasakan sajian legendaris di kota ini, karena lentog termasuk makanan klangenan.

Makanan khas Kota Kudus ini merupakan menu sarapan yang banyak ditemukan ketika pagi hari. Sajian yang terdiri dari lontong, sayur gori atau nangka muda, tahu yang digoreng lalu dimasak seperti lodeh ini, bersantan yang tidak terlalu pekat. Rasanya ringan, tidak eneg.

Meskipun memakai bahan utama nangka muda, tetapi kuliner ini tidak seperti gudeg Yogyakarta yang berwarna merah dan manis. Foto: Wahyu Sapta.
Meskipun memakai bahan utama nangka muda, tetapi kuliner ini tidak seperti gudeg Yogyakarta yang berwarna merah dan manis. Foto: Wahyu Sapta.
Meskipun memakai bahan utama nangka muda, tetapi kuliner ini tidak seperti gudeg Yogyakarta yang berwarna merah dan manis. Nangka muda dimasak seperti lodeh dengan santan encer dan berwarna putih. Rasanya asin manis gurih, karena memakai gula pasir sebagai rasa manisnya. Bukan memakai gula merah seperti pada gudeg.

Sedangkan tahunya dimasak terpisah, dengan bumbu yang hampir mirip. Selain tahu, terkadang juga diberi tempe yang diiris kecil dan tidak terlalu tebal.

Tahu dipotong bentuk segitiga kecil, kemudian digoreng setengah matang terlebih dahulu, baru diolah sebagai masakan pendamping sayur gori atau nangka muda.

Sajian ini, tanpa daging maupun kaldunya. Cocok juga untuk vegetarian, karena tanpa daging. Paling banter, teman dari lentog ini adalah sate telur puyuh, sate uritan, gorengan, dan kerupuk krecek.

Jika mau pedas, biasanya disediakan cabai rawit utuh yang direbus, atau bisa juga ditambah sambal cabai merah. Bisa meminta sesuai selera.

Sajian ini, tanpa daging maupun kaldunya. Cocok juga untuk vegetarian. Teman lentog adalah sate telur puyuh, sate uritan, gorengan, dan kerupuk krecek. Foto: Wahyu Sapta.
Sajian ini, tanpa daging maupun kaldunya. Cocok juga untuk vegetarian. Teman lentog adalah sate telur puyuh, sate uritan, gorengan, dan kerupuk krecek. Foto: Wahyu Sapta.
Cara menyajikannya saat makan di tempat, memakai piring yang di atasnya telah diberi samir daun pisang terlebih dahulu. Rasanya lebih nikmat dengan aroma daun. Tetapi karena saya membelinya untuk dibawa pulang, maka samir daun pisang diselipkan pada pembungkusnya. Kemudian lontong, kuah sayur gori atau nangka muda, dan tahu, dibungkus terpisah tidak dicampur, agar lontong tidak mekar saat akan disantap.

Hem, ketika saya bisa mencicipi Lentog Kudus, saya merasakan nikmat yang patut disyukuri. Merasakan lentog ini adalah sesuatu, karena lebaran kemarin tergelontor oleh makanan yang berdaging dan bersantan. Lentog cocok sebagai sajian penyeimbang setelah lebaran.

Dua hari menikmati sajian lontong opor, rendang daging, sambal goreng hati, perut rasanya penuh dan ingin menikmati sajian yang lebih ringan. Lentog ini salah satu sajian yang cocok disantap saat habis lebaran. Meskipun sebenarnya, lentog bisa dinikmati setiap hari, tidak hanya pada saat lebaran saja. 

Banyak yang menjualnya pada pagi hari, karena lentog merupakan kuliner sarapan favorit yang banyak dicari di kota Kudus. Murah meriah, sederhana, dan tidak membuat kantong jebol. 

Porsi kecil, bisa nambah berkali-kali apalagi jika penikmatnya adalah ABG. Kalau saya sih cukup satu porsi sudah kenyang, apalagi setelah puasa ramadan, perut masih menyesuaikan agar tidak makan terlalu banyak terlebih dahulu.

Yuk, jika mampir ke Kota Kudus, cicip lentog ya. Bisa ditemukan pada saat pagi hari hingga siang. Kuliner khas Kota Kudus yang legendaris ini, merupakan sajian tanpa daging. Nikmat dan lezat. Segar dan ringan. Tidak eneg meskipun bersantan. 

Bisa menjadi menu alternatif setelah lebaran, karena sajiannya tanpa daging. 

Tetap menjaga protokoler kesehatan dengan 3 M. Memakai masker, menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan dengan sabun, agar terhindar dari penularan dan penyebaran penyakit Covid-19. 

Menikmati kuliner khas, tetapi tetap harus menjaga kesehatan. Jangan lengah, ya.

Salam dari saya,

Wahyu Sapta.

Semarang, 15 Mei 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun