"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"
Malam Idul Fitri 1441 H, gema takbir berkumandang setelah azan isya berlalu tadi malam. Mengagungkan dan memuji Asma Allah.
Umat muslim merayakan kemenangannya karena telah berhasil menahan lapar, dahaga, hingga mengendalikan nafsu selama satu bulan penuh.
Kemenangan umat muslim di Idul Fitri ditandai dengan berkumandangnya takbir puji-pujian kepada Allah Ta'ala.
Meski dalam kondisi yang sedang prihatin, tetapi lebaran tahun ini amat berkesan. Dalam situasi sedang ada pandemi, perayaan kemenangan tetap disambut dengan sukacita.
Ketika segalanya terbatas sehubungan dengan adanya pandemi, dan adanya anjuran stay at home, social distancing, phiysical distancing, tetapi silaturahmi tetap bisa dilaksanakan.
Nuansa lebaran juga masih terasa khidmatnya, meski tanpa bertemu dengan orang lain. Keharuan, luapan kegembiraan, masih bisa terasa mengendap di dada.
Di tahun ini, ada yang membedakan perayaan kemenangan di hari raya idul fitri dengan tahun-tahun sebelumnya adalah:
1. Saat salat Ied tahun ini, dilakukan secara berjamaah di rumah saja. Sedangkan tahun sebelumnya dilakukan masjid atau lapangan terdekat. Imam dan makmumnya adalah anggota keluarga. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ada bapak, ibu, kakak, dan adik saja.Â
2. Ketika mendengarkan khutbah, dilakukan oleh imam dengan materi yang sederhana. Kebetulan imamnya adalah suami yang bukan ustadz, maka materinya sederhana sekali. Yang terpenting adalah mendengarkan syiarnya. Karena tujuan shalat Ied itu adalah untuk mendengarkan khutbah.
3. Tidak ada kunjungan untuk saling meminta maaf dan bertegur sapa dalam menjaga tali silaturahmi. Tetapi digantikan dengan kunjungan secara virtual dengan aplikasi video call. Whatsapp atau zoom.Â
Saling mengucapkan doa dan berkangen-kangenan karena lama tidak bertemu juga lewat virtual. Padahal kesempatan bertemu hanya ketika lebaran tiba saja. Maka saat inipun tak mau melewatkannya melalui video call.
Maka bersilaturahmi lewat video call adalah suatu hal yang berkesan. Unik. Karena rasa kangen hanya bisa lewat virtual bisa tertuntaskan, meski tidak senyaman kalau bertemu langsung.
Manusia terlahir tanpa beban kesalahan apa pun. Tiap insan lahir suci tanpa noda dan dosa. Sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan khilaf, maka saatnya kita menyadari kesalahan dan berusaha kembali ke fitrah dengan cara memperbaiki hubungan sesama (human relations) secara baik.
Semoga kita bisa dapat menjaga fitrah. Minal 'aidin wal faizin (artinya: mudah-mudahan kita termasuk yang kembali ke fitrah dan jadi orang-orang yang sukses).Â
Dipastikan bahwa lebaran tahun ini adalah lebaran yang paling berkesan karena berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya.Â
Dengan adanya pandemi, segalanya berubah menyesuaikan keadaan. Penyesuaian ini mungkin menjadi hal baru yang akan berkelanjutan, atau bisa jadi kembali lagi ke kebiasaan lama setelah pandemi berlalu. Tergantung kebutuhan dan penyesuaian senormalnya.
Yang terpenting, kita akan tetap menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan akan lebih kuat, karena cobaan yang bertubi-tubi yang membuat kita lebih bertahan.Â
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin"
Salam,
Semarang, 24 Mei 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H