Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Idul Fitri 1441 H, Perayaan Kemenangan Paling Berkesan di Tengah Pandemi

24 Mei 2020   13:52 Diperbarui: 24 Mei 2020   13:44 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin. | Foto: Wahyu Sapta.

"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"

Malam Idul Fitri 1441 H, gema takbir berkumandang setelah azan isya berlalu tadi malam. Mengagungkan dan memuji Asma Allah.

Umat muslim merayakan kemenangannya karena telah berhasil menahan lapar, dahaga, hingga mengendalikan nafsu selama satu bulan penuh.

Kemenangan umat muslim di Idul Fitri ditandai dengan berkumandangnya takbir puji-pujian kepada Allah Ta'ala.

Meski dalam kondisi yang sedang prihatin, tetapi lebaran tahun ini amat berkesan. Dalam situasi sedang ada pandemi, perayaan kemenangan tetap disambut dengan sukacita.

Ketika segalanya terbatas sehubungan dengan adanya pandemi, dan adanya anjuran stay at home, social distancing, phiysical distancing, tetapi silaturahmi tetap bisa dilaksanakan.

Nuansa lebaran juga masih terasa khidmatnya, meski tanpa bertemu dengan orang lain. Keharuan, luapan kegembiraan, masih bisa terasa mengendap di dada.

Di tahun ini, ada yang membedakan perayaan kemenangan di hari raya idul fitri dengan tahun-tahun sebelumnya adalah:

1. Saat salat Ied tahun ini, dilakukan secara berjamaah di rumah saja. Sedangkan tahun sebelumnya dilakukan masjid atau lapangan terdekat. Imam dan makmumnya adalah anggota keluarga. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ada bapak, ibu, kakak, dan adik saja. 

2. Ketika mendengarkan khutbah, dilakukan oleh imam dengan materi yang sederhana. Kebetulan imamnya adalah suami yang bukan ustadz, maka materinya sederhana sekali. Yang terpenting adalah mendengarkan syiarnya. Karena tujuan shalat Ied itu adalah untuk mendengarkan khutbah.

3. Tidak ada kunjungan untuk saling meminta maaf dan bertegur sapa dalam menjaga tali silaturahmi. Tetapi digantikan dengan kunjungan secara virtual dengan aplikasi video call. Whatsapp atau zoom. 

Saling mengucapkan doa dan berkangen-kangenan karena lama tidak bertemu juga lewat virtual. Padahal kesempatan bertemu hanya ketika lebaran tiba saja. Maka saat inipun tak mau melewatkannya melalui video call.

Maka bersilaturahmi lewat video call adalah suatu hal yang berkesan. Unik. Karena rasa kangen hanya bisa lewat virtual bisa tertuntaskan, meski tidak senyaman kalau bertemu langsung.

Era lebaran di hari raya Idul Fitri 1441 H adalah silaturahmi lewat virtual. Bertemu melalui video call. Lumayan bisa mengobati rasa kangen pada saudara yang jauh karena lam tidak bertemu. | Foto: Wahyu Sapta.
Era lebaran di hari raya Idul Fitri 1441 H adalah silaturahmi lewat virtual. Bertemu melalui video call. Lumayan bisa mengobati rasa kangen pada saudara yang jauh karena lam tidak bertemu. | Foto: Wahyu Sapta.
4. Ketika memasak dan menyediakan kue lebaran, biasanya selain untuk keluarga sendiri, juga untuk keluarga lainnya, saudara, teman, kerabat yang berkunjung ke rumah. Tetapi tidak untuk tahun ini. Masak-masak sendiri, dimakan sendiri karena hampir dipastikan tidak ada tamu yang akan berkunjung.

Sajian yang disediakan untuk lebaran hanya untuk keluarga sendiri. Tahun sebelumnya, jajanan khas lebaran adalah untuk tamu yang berkunjung. Pada masa pandemi, dipastikan tamu tak ada yang berkunjung. | Foto: Wahyu Sapta.
Sajian yang disediakan untuk lebaran hanya untuk keluarga sendiri. Tahun sebelumnya, jajanan khas lebaran adalah untuk tamu yang berkunjung. Pada masa pandemi, dipastikan tamu tak ada yang berkunjung. | Foto: Wahyu Sapta.
Sesungguhnya, hakikat hari raya Idul Fitri adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadan. Setelah berhasil menundukkan nafsu, kita dapat kembali ke fitrah. Kembali ke fitrah (Idul Fitri) berarti kembali ke asal kejadian.

Manusia terlahir tanpa beban kesalahan apa pun. Tiap insan lahir suci tanpa noda dan dosa. Sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan khilaf, maka saatnya kita menyadari kesalahan dan berusaha kembali ke fitrah dengan cara memperbaiki hubungan sesama (human relations) secara baik.

Semoga kita bisa dapat menjaga fitrah. Minal 'aidin wal faizin (artinya: mudah-mudahan kita termasuk yang kembali ke fitrah dan jadi orang-orang yang sukses). 

Dipastikan bahwa lebaran tahun ini adalah lebaran yang paling berkesan karena berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya. 

Dengan adanya pandemi, segalanya berubah menyesuaikan keadaan. Penyesuaian ini mungkin menjadi hal baru yang akan berkelanjutan, atau bisa jadi kembali lagi ke kebiasaan lama setelah pandemi berlalu. Tergantung kebutuhan dan penyesuaian senormalnya.

Yang terpenting, kita akan tetap menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan akan lebih kuat, karena cobaan yang bertubi-tubi yang membuat kita lebih bertahan. 

"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin"

Salam,

Wahyu Sapta.


Semarang, 24 Mei 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun