Jadi, pekerjaan apapun yang masih kelihatan dan tampak, adalah hal yang bisa dikerjakan. Itu rumusnya. Jangan takut salah, bu. Semua bisa dilakukan dengan belajar. Learning by doing. Cieee...Â
"Bapak digundul aja ya?" kata anak lelaki sambil mengusap keringat. Wajahnya serius. Saya tertawa berderai.Â
Gimana nggak lucu coba? Itu adalah sebuah simbol rasa putus asa ketika nyaris nggak tahu harus bagaimana caranya mencukur. Karena dengan memotong gundul adalah cara termudah mencukur rambut.Â
"Ayo dong, pasti bisa."Â
Ia dengan tangan kidalnya mencoba lagi. Tentu saja, sekarang ia melakukannya sambil tertawa bahagia dan hati riang, karena menemukan hal baru. Dan akhirnya berhasil juga! Meski dengan berkeringat, karena baru pertama kali mencoba.Â
Ya, ya. Memang hasilnya tidak serapi ketika mencukur ke ahlinya alias ke tukang cukur. Tapi kan lumayan. Untuk pengalaman pertama dan berhasil.Â
Ketika Bapaknya saya tanya, "Gimana rasanya?"Â
Jawabnya, "Cukup menegangkan,"Â
Saya pun tertawa berderai kembali. Kelucuan ini, membuat kami bahagia. Ternyata bahagia itu sederhana, ya. Tidak perlu macam-macam. Kita bisa membuat kebahagiaan sendiri dengan keluarga tercinta, tak harus ribet. Dan juga, konon bahagia bisa meningkatkan imun tubuh. Saat ini, baru dibutuhkan, loh.Â
Baiklah, kondisi ini memang hanya sementara. Kalau sudah melewati masa pandemi berlalu, maka bolehlah ke tukang cukur lagi. Karena tetap saja, kita adalah makhluk sosial. Ada rumus simbiosis mutualisme. Saling membutuhkan.Â