"Mengapa begini? Ada apa denganku?" tanya Devan pada dirinya sendiri.Â
Malam semakin larut. Sepi mulai menggelayut. Devan berbaring di sofa. Kelelahan. Pikirannya kosong.Â
Ia mendengar suara rintik rinai mengetuk pelan di atas plafon. Suaranya stabil dan menenangkan. Bagai irama jazzy. Menyusup ke kamar melalui kerai-kerai mini di jendela. Tapi entah mengapa, baginya ini adalah kemuraman yang pas.Â
Kelopak matanya turun perlahan, lalu terpejam. Hatinya gundah. Tiba-tiba ia mengingat sesuatu.Â
Matanya membuka seketika. Ia mengerjap, menyesuaikan mata dengan cahaya lampu.Â
Ia kembali bergumam. "Sungguh, ini adalah hal yang indah. Aku harus meresapinya."Â
Lima menit hening. Rasanya seperti stagnan. Lima menit kemudian, ia menengadah. Lalu tersenyum. Senyumnya singkat dan ceria. Ia bangkit dan berdiri.Â
"Hei, aku menemukan ide. Dan aku yakin, ini bakalan menjadi kejutan."Â
Ia mengambil gitar yang terletak di pojok dekat meja di kamar. Juga mengambil buku catatan dan pena. Suara rinai di luar malam itu, membuatnya menggila.Â
Petikan gitar dari tangannya, memberikan suara membahana, hingga memenuhi kamar yang dihuni. Tempat ia menyembunyikan diri. Jauh dari orang yang dikenalnya.Â
***Â