"Maaf, tadi hujan lumayan deras. Saya butuh hati-hati di jalan."
"Tak apa. Anda sudah ditunggu di dalam."
"Baiklah," jawabnya pendek.Â
Hawa dingin menerpa. Ada semacam selasar untuk mencapai ruangan yang dituju. Seseorang yang membukakan pintu tadi hanya membungkam, mengisyaratkan agar mengikuti tanpa banyak pertanyaan. Baiklah. Semua ini ia lakukan demi keinginan yang ia cita-citakan. Meski melewati jalan terjal berliku.
Ia adalah mahasiswa jurusan musik di salah satu universitas di kota ini. Sambil menjalani kuliah yang sudah beberapa semester, ia bekerja sebagai tukang pijat. Bahkan untuk menjadi tukang pijat, ia kursus massage dua bulan lamanya.Â
"Ini pekerjaanku, harus profesional." katanya dalam hati.
Ia mempersiapkan semua piranti kebutuhan kerja. Dari peralatan, hingga persiapan mental. Pekerjaannya menuntut kuat. Berbeda dengan pekerjaan lainnya.Â
Sebagai seorang pemijat, ia memang beruntung mendapatkan klien yang bisa dibilang diluar rata-rata. Banyak orang terkenal yang menjadi kliennya. Bahkan kadang artis ternama.
"Saya harap nanti anda tak banyak bicara pada bapak. Bicaralah seperlunya." kata orang yang membukakan tadi. Ia mengangguk. "Ya. Aku mengerti. Tak boleh bicara banyak artinya tak banyak pertanyaan." katanya.Â
Yang akan dihadapinya adalah orang penting. Ia pasti tak ingin rahasianya diketahui banyak orang.Â
Memang pekerjaannya secara personal. Harus datang ke rumah, bertemu langsung. Ia mengerti, biasanya, sebuah rumah menyimpan segala rahasia yang tidak diketahui publik. Meski ia orang populer di luar.Â