Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Leya Cattleya dan EMPU Pameran Kain dan Serat Pewarna Alam

7 Januari 2020   07:37 Diperbarui: 7 Januari 2020   09:01 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Sulis Bambang, penyair dari Semarang sedang membaca puisi. (Foto: dokpri).

Peminat kain pewarna alam masih sedikit, karena warnanya yang cenderung kalem. Masih kalah peminatnya dibanding dengan kain proses pewarnaan sintetis yang lebih jreng.

Adalah sebuah tantangan bagi artisan kain pewarna alam, untuk lebih mengenalkan kain yang ramah lingkungan karena menggunakan warna alam sebagai bahannya.

Tantangan lainnya, karena proses pembuatan selembar kain pewarna alam membutuhkan waktu lama dan bahan yang tidak sedikit, maka bahan kain cenderung lebih mahal jika dibandingkan kain warna sintetis. Padahal kain pewarna alam tak kalah bagusnya. Juga lebih ramah lingkungan dan aman memakainya. 

Tantangan bagi para Empu artisan pembuat kain dan serat pewarna alam untuk lebih giat mengenalkannya kepada masyarakat dan bisa digemari. 

Kain pewarnaan alam juga harus disesuaikan dengan kekinian, agar generasi mileneal juga menggemari batik dan kain tenun dari bahan pewarna alam.

Tentu saja dari acara bincang-bincang tersebut, saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang sebuah kain dan akar serat dengan pewarnaan alam. Sangat bermanfaat dan mengisi pundi-pundi ilmu di dalam benak saya, karena awalnya saya tidak tahu menjadi tahu.

Mas Dizzman juga hadir loh di acara ini. Sebagai salah satu pembicara di acara talk show. (Foto: dokpri).
Mas Dizzman juga hadir loh di acara ini. Sebagai salah satu pembicara di acara talk show. (Foto: dokpri).
Senang bertemu dengan mereka. Mbak Suprihati, Mbak Biken, Mbak Sri Subekti, dqn Mas Dizzman. (Foto: dokpri).
Senang bertemu dengan mereka. Mbak Suprihati, Mbak Biken, Mbak Sri Subekti, dqn Mas Dizzman. (Foto: dokpri).
Malam harinya, diadakan acara Malam Seni dan Budaya dengan pembacaan puisi oleh Mbak Zubaidah Djohar seorang aktivis perempuan, peneliti, dan penyair Indonesia dari Aceh dan Ibu Sulis Bambang, penyair dari Semarang. Mbak Zubaidah membawakan puisi prosa karya Mbak Leya Cattleya tentang kain dan perempuan. Dahsyat sekali karyanya. Mbak Zubaidah Djohar juga membacakan puisi saya. Sungguh merasa amazing. 


Ibu Sulis Bambang, penyair dari Semarang sedang membaca puisi. (Foto: dokpri).
Ibu Sulis Bambang, penyair dari Semarang sedang membaca puisi. (Foto: dokpri).
Acara pada tanggal 4 Januari lalu, sungguh membekas di hati saya. Bahagia telah menjadi bagian dari mereka. Bahagia telah mengenal mereka. Perempuan-perempuan tangguh, para artisan kain dan serat alami. Memberi inspiratif dan semangat kepada perempuan lainnya.

Acara masih akan berlangsung hingga tanggal 9 Januari 2020 ya. Jadi, bagi siapapun yang berminat, boleh datang langsung di tempat pameran, terbuka untuk umum. Dari pukul 09.30 hingga 17.00 WIB. 

Sungguh sayang jika dilewatkan!

Penyelenggara : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun