Rentang belasan usia antara aku dan kamu tak lantas menjadikan cinta ini pudar. Bahkan jika dipikir, cinta ini semakin menggebu. Nyatanya aku semakin cinta.Â
"Apa yang menyebabkan kau mau denganku?"Â
Pertanyaan ini klise. Tak butuh jawaban. Tapi kau menjawabnya dengan manja.Â
"Aku tak memandang karena itu. Aku kagum pada mas sejak awal. Mas tahu itu, kan? Mengapa masih menanyakannya? Ragu?" katamu sambil menyentuh tanganku.
Aku menggelengkan kepala.Â
"Hanya saja aku masih sering tak percaya, bahwa dihadapanku ini ada seorang bidadari yang benar-benar mengertiku. Kau baik padaku."
"Sudahlah. Biasa saja, mas. Lebih baik kita habiskan makanan ini lalu pulang." katamu.
***
Pertemuan denganmu secara tak sengaja. Acara pameran lukis yang berlangsung pada waktu itu, pembawa awal sebuah kisah. Entah mengapa. Daya tarik lukisan yang tergores dari tanganmu yang waktu itu belum kuketahui bahwa itu lukisanmu, memaksaku menengok lebih dalam.Â
Kupikir pemilik lukisan ini adalah sosok seorang lebih dewasa dari yang kuperkirakan. Ternyata tidak seperti yang kuduga. Jiwa muda ada di balik lukisan ini.Â
Senyum mengembang darimu, lalu menyapa, "Anda menyukai lukisan ini? Senang sekali ada yang menyukai lukisan saya." Lalu kamu membelalakkan mata ketika lebih fokus melihatku. "Hei, saya mengenal Anda. Banyu Langit? Pelukis terkenal itu?" lanjutmu seperti tak percaya.