Tiap tahun, Kompasiana menyelenggarakan pesta kopi darat terbesar, yaitu bertemunya para Kompasianer skala nasional. Dan tahun ini, di #11TahunKompasiana, Kompasianival 2019 rencananya akan diadakan pada tanggal 23 November 2019 di One Belpark Mall, Jakarta Selatan.
Dalam Kompasianival, diadakan berbagai macam acara, yang melibatkan Kompasianer. Salah satunya (dan yang paling ditunggu) adalah acara Kompasiana Award. Ajang penghargaan bergengsi di blog keroyokan dengan slogan #BeyondBlogging.
Alhamdulillah. Saya pernah merasakan sebuah perasaan wow, ketika masuk nominasi Kompasiana Award di kategori Best In Fiction, tahun 2017 dan 2018. Pasti perasaan itu juga sedang melanda para nominator Kompasiana Award tahun ini, bukan?
Nah, untuk meraih sesuatu, pasti ada rentetan yang menyertainya. Ya. Begitu juga dengan masuk nominasi Kompasiana Award. Butuh waktu dan ketelatenan. Ibarat kekasih, antara benci dan rindu. Antara cinta dan sayang lalu senewen. Butuh dekat.
Saya bergabung di sini sejak 14 Desember 2013. Cukup lama, ya? Hampir 6 tahun. Perjalanan itu banyak cerita yang bisa menjadi bagian rentetan hingga menjadi hari sekarang.
Awal mula menulis, saya lebih menyukai kanal Fiksiana. Karena memang sejak awal saya menyukai tulisan fiksi, baik cerpen, cerbung, atau puisi. Tetapi semakin tahun berlalu, saya juga mencoba menulis hal lain. Seperti hal keseharian, kuliner, meski tetap mencintai fiksi.
Tentu saja tak ada hal yang datang tiba-tiba dan instan. Mencintai dunia tulis menulis, meskipun karena bakat pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa, jika tak diasah dengan belajar juga tidak akan menjadi sesuatu. Ketelatenan dan memperbanyak baca untuk menambah wawasan, akan menjadikan tulisan semakin solid dan dilirik pembaca.
Banyak manfaat yang saya peroleh dengan menulis di Kompasiana. Diantaranya adalah terasahnya kemampuan menulis. Karena dengan menulis di sini, bisa menjadi acuan menilai diri, sejauh mana tulisan itu menemui alurnya.
Dalam kamus saya, tidak ada tulisan jelek atau bagus. Karena tulisan itu merupakan sebuah hasil karya, bisa di baca dan dinikmati. Seperti halnya karya seni lainnya, maka karya itu akan menemukan alur penikmatnya.
Dan untuk bisa menemukan penikmatnya, tentu saja harus dengan berkarya yaitu menulis. Bahkan bukan hanya satu atau dua karya. Melainkan banyak karya. Jika tak ada karya, maka apa yang bisa dinikmati?
Dengan sering menulis, maka tulisan kita akan semakin dikenal banyak orang. Bukan itu saja. Ternyata dengan sering menulis, akan menambah jam terbang. Alih-alih tulisan menjadi enak dibaca, karena terlatih dan menjadi lentur atau tak kaku.
Di Kompasiana Bisa Saling Berinteraksi
Ya. Menulis di Kompasiana, bisa saling berinteraksi. Tidak melulu menulis, tetapi juga bertegur sapa dengan sesama Kompasianer. Mengenal banyak orang yang memiliki hobi sama. Tentunya lebih menyentuh hati. Lebih klik.
Memberi apresiasi, menghargai karya, memberi semangat, menjadikan acuan dalam berkarya. Membaca hasil karya teman, sehingga menambah ilmu dan wawasan.Â
Jika sebelumnya tidak tahu tentang sesuatu, karena membaca tulisan teman menjadi tahu. Saling bertukar ilmu. Apalagi antar penulis biasanya memiliki apresiasi yang positif. Dan ini hanya saya temui ketika menulis di Kompasiana.
Ketika Tulisan Itu Berproses
Ketika tulisan yang dihasilkan menemui alurnya, maka proses bekerja. Jika sungguh-sungguh menulis dengan hati dan ingin menghasilkan karya yang terbaik, maka hasilnya juga maksimal. Tinggal bagaimana mengolahnya menjadi sebuah karya yang selalu diingat pembaca.
Memberi ciri khas pada tulisan, menjadikan penikmat baca hapal dan menunggu karya penulis. Saya yakin bahwa masing-masing penulis memiliki khasnya tersendiri, yang mungkin disengaja atau tidak.
Dan di Kompasiana ini, saya mengenal berbagai karakter tulisan dan ciri khas yang dibawa penulisnya. Secara tak langsung bisa menjadi ajang pembelajaran, loh.
Lalu, tentang perasaan wow tadi?
Nah, iya. Tujuan awal saya menulis adalah menyalurkan hobi sejak kecil. Sempat terhenti ketika saya menikah, memiliki anak, dan waktu tersita oleh mereka. Tetapi ketika mereka beranjak besar, ada perasaan menggebu-gebu yang nyaris membuat senewen. Dan ternyata itu adalah perasaan ingin menulis kembali.
Mulailah saya meneruskan hobi.
Dan di Kompasiana ini saya menemukan kecocokan. Klik gitu. Semakin hari semakin senang berselancar di dunia Kompasiana.
Hingga ketika proses bekerja, menemui hal yang bagi saya amazing. Tahun 2017 saya masuk nominasi Best In Fiction, meskipun tidak meraih kemenangan. Tetapi cukup menambah kepercayaan diri. Ternyata banyak dukungan dari teman.
Ya, ya. Kadang kala semangat menulis mengalami pasang surut. Ketika sempat terpikir ingin berhenti menulis, tetapi tak pernah berhasil. Banyak teman yang mendukung, agar tetap menulis. Begitulah di Kompasiana. Pertemanan di sini auranya positif. Sehingga ketika tahun 2018 saya masuk nominasi kembali, merasa wow kedua kalinya.
Alhamdulillah, penghargaan Best In Fiction bisa saya raih. Bahagia rasanya. Tak menyangka, bahwa hobi bisa membawa kemenangan. Merasa sejajar dengan penulis keren lainnya, berasa gimana gitu. Padahal apalah saya. Tentu hal ini juga karena dukungan teman-teman. Juga hasil kerja keras yang menyita waktu dan tenaga super ekstra.Â
Dan Kompasiana yang memfasilitasinya.
Gimana coba kalau nggak makin tambah sayang denganmu, Kompasiana?
Nah, tahun 2019 ini, kira-kira siapa ya, yang menerima estafet kemenangan Best In Fiction di Kompasiana Award? Siap-siap merasa wow, ya!
Selamat Ulang Tahun Kompasiana ke 11. Semoga semakin jaya, sehingga saya bisa terus menyalurkan hobi di sini. Terimakasih selalu.
Wahyu Sapta.
Semarang, 10 November 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H