"Gladys, maukah kau menikah denganku?"
Aku hanya tersenyum tipis. Tetapi pipiku terasa hangat. Pasti memerah. Kali ini aku tak bisa menghindar darimu, Juna. Hanya kau yang bisa menghapus kenangan sedihku. Kataku dalam hati. Cincin itu kupandangi.Â
"Thanks, Juna." jawabku. Tak terasa buliran air mata mengalir pelan.Â
Debur ombak berkali-kali terdengar menerjang karang. Seolah mendengar kata hatiku. Juna bagiku adalah seorang yang mirip malaikat. Atau jangan-jangan ia adalah malaikat? (WS 1/2/19).
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H