Aku melihat diriku sendiri.
"Apakah kamu tidak kangen padaku?"
"Kangen."
"Jika kangen, mengapa kau selalu pergi lama. Kau nyaris melupakanku."
"Kau seharusnya mengerti."
"Aku mengerti, selalu mengerti. Tetapi hatiku kadang memberontak. Kau seperti hanya memanfaatkanku saja."
"Ruhita, percayalah padaku. Aku mencintaimu. Hanya soal waktu. Aku akan menikahimu. Dan kita hidup bahagia selamanya."
"Rasanya, menunggu saatnya tiba, membuatku semakin senewen."
"Kau adalah wanita yang baik hati dan sabar. Aku mencintaimu karena itu."
Dan ia hanya bisa menerima.
***