Bayangan itu mengelebat kembali.
***
Uuuff... Aku menghela nafas. Kemudian memandangmu. Entah apa yang ada di pikiranmu, tapi aku merasa gengaman tanganmu semakin erat.
"Baiklah, sayapku akan pergi. Hanya sebentar, kemudian akan kembali." bisikmu pelan. Aku mengangguk. Saat itu, hujan tiba-tiba jatuh, memberikan suara yang sedikit berisik. Seperti air mataku, yang menetes deras membasahi pipi.
"Selamat jalan sayang, semoga sukses. Tuntutlah ilmu setinggi langit, aku akan selalu mendukungmu dan aku akan setia menunggumu. Hati-hatilah selama kau jauh dariku."
"Terimakasih sayang, selamat tinggal."
Hanya itu.
Tak lama, burung besi membawamu pergi. Menjauh. Ada perasaan hampa. Aku tak mengerti. Mungkin hatimu yang tertinggal di sini. Tapi aku berusaha menguasai diri. Untuk satu tahun mendatang, kita akan berpisah, kemudian akan bertemu lagi. Kamu pergi untuk mencari ilmu, bukan yang lain.
***
Tugas di kampus sedang berjubel. Apalagi harus asistensi pada dosen hari ini. Agak terlambat ke kampus, karena tadi harus ke bandara terlebih dahulu mengantar Bijaksana. Tadi kamu sempat mengirim foto di WA saat sudah berada di dalam pesawat. Aku memarahimu. Hei, matikan ponselmu. Tetapi kau hanya tersenyum dan mengatakan bahwa, "Aku sudah rindu, Win."
"Duh, baru beberapa menit jauh dariku, sudah rindu. Bagaimana nanti selama setahun? Bakalan mati beku menahan rindu," jawabku sambil menggodanya. Kau menjawab, "Biarin."