Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Takkan Sempurna, Jika Itu Tanpamu

30 Oktober 2018   14:49 Diperbarui: 30 Oktober 2018   14:57 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

Bayangan itu mengelebat kembali.

***

Uuuff... Aku menghela nafas. Kemudian memandangmu. Entah apa yang ada di pikiranmu, tapi aku merasa gengaman tanganmu semakin erat.

"Baiklah, sayapku akan pergi. Hanya sebentar, kemudian akan kembali." bisikmu pelan. Aku mengangguk. Saat itu, hujan tiba-tiba jatuh, memberikan suara yang sedikit berisik. Seperti air mataku, yang menetes deras membasahi pipi.

"Selamat jalan sayang, semoga sukses. Tuntutlah ilmu setinggi langit, aku akan selalu mendukungmu dan aku akan setia menunggumu. Hati-hatilah selama kau jauh dariku."

"Terimakasih sayang, selamat tinggal."

Hanya itu.

Tak lama, burung besi membawamu pergi. Menjauh. Ada perasaan hampa. Aku tak mengerti. Mungkin hatimu yang tertinggal di sini. Tapi aku berusaha menguasai diri. Untuk satu tahun mendatang, kita akan berpisah, kemudian akan bertemu lagi. Kamu pergi untuk mencari ilmu, bukan yang lain.

***

Tugas di kampus sedang berjubel. Apalagi harus asistensi pada dosen hari ini. Agak terlambat ke kampus, karena tadi harus ke bandara terlebih dahulu mengantar Bijaksana. Tadi kamu sempat mengirim foto di WA saat sudah berada di dalam pesawat. Aku memarahimu. Hei, matikan ponselmu. Tetapi kau hanya tersenyum dan mengatakan bahwa, "Aku sudah rindu, Win."

"Duh, baru beberapa menit jauh dariku, sudah rindu. Bagaimana nanti selama setahun? Bakalan mati beku menahan rindu," jawabku sambil menggodanya. Kau menjawab, "Biarin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun