Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Gethuk Kethek Khas Salatiga yang Lembut dan "Maknyus" Saat Digigit

19 Agustus 2018   23:07 Diperbarui: 20 Agustus 2018   12:02 3340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monggo gethuknya, silakan dicicip, ya! Manyus deh... (dokpri).

Warungnya seperti rumah biasa. Saat di warungnya, ada tiga orang yang melayani pembeli. Dua orang mencetak gethuk yang sudah dihaluskan dalam sebuah cetakan kotak-kotak kecil. Kemudian gethuk yang telah dicetak, dimasukkan dalam dus. Tiap dus berisi 20 potongan kecil gethuk. Sedangkan 1 orang bertugas sebagai pencatat sekaligus kasir. Para pengantre yang telah memesan dan dicatat namanya, akan dipanggil saat pesanan telah jadi.

Gethuk kethek telah siap dibawa pulang. (Dokpri).
Gethuk kethek telah siap dibawa pulang. (Dokpri).
Giliran saya menerima pesanan yang sudah jadi. Satu dus harganya 12 ribu rupiah. Murah meriah. Wah, jadi pengin cepat menyantapnya. Saya bertanya pada penjualnya, bahan apa saja yang dipakai untuk membuat gethuk ini? Jawabnya singkong yang telah dipilih, kelapa parut dan gula pasir. Semua bahan alami, tidak mengandung bahan pengawet. Jadi mereka tidak memiliki stok, hanya menyajikannya saat ada pesanan. Benar-benar fresh.

Salah satu kelebihan gethuk ini, rasanya enak, lezat, gurih dan manis. Berbeda dengan gethuk kota lainnya, gethuk kethek memiliki tekstur yang lembut dan tidak kenyal. Bentuknya mirip gethuk lindri, tetapi gethuk ini lebih lembut. Saat digigit, terasa nyus dan empuk. Rasa gurih dari kelapa parut sangat dominan.

Dusnya ada gambar monyetnya. Hehehe... (Dokpri).
Dusnya ada gambar monyetnya. Hehehe... (Dokpri).
Perpaduan dari gula pasir, kelapa dan singkong rebus yang telah dihaluskan, sangat pas. Tidak terlalu manis, jadi tidak mudah neg. Rasa asli, tidak memakai bahan pengawet. Karena itulah tidak tahan lama. Wah, gimana bertahan lama, baru beberapa menit dibuka, sebentar kemudian sudah habis disantap. Karena rasanya yang enak dan bikin nagih. Kudapan ringan ini ludes masuk perut.

Irisan gethuk kethek yang rasanya lembut dan maknyus. (Dokpri).
Irisan gethuk kethek yang rasanya lembut dan maknyus. (Dokpri).
Kapan-kapan saya harus mencobanya lagi. Karena masih penasaran dan masih suka.

Silakan jika ke Salatiga mampirlah mencari gethuk kethek yang tidak ada hubungannya dengan kethek. Rasanya dijamin enak dan fresh. Tanpa bahan pengawet dan mereka pinter mengolahnya. Recommended deh.  

Salatiga, 19 Agustus 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun