Siapa yang tidak mengenal makanan gethuk? Kuliner tradisional yang melegenda. Hampir tiap daerah memiliki kuliner ini. Masing-masing daerah memiliki kekhasan tersendiri. Seperti gethuk kethek khas kota Salatiga ini. Kudapan ringan yang berbahan dasar singkong ini memiliki rasa yang lembut dan manis.
Menginjakkan kaki ke kota Salatiga merupakan hal yang menyenangkan. Kota kecil yang berada di dekat kota Semarang. Kota yang memiliki suhu adem dan tak sepanas kota Semarang, menjadikan tujuan para wisatawan untuk beristirahat di kota ini.Â
Banyak tempat wisata yang bisa dituju di sekitar kota Salatiga, seperti Kopeng, Banyubiru, Bandungan, Candi Gedong Songo, dan masih banyak lagi. Mereka memilih menginap di kota Salatiga kemudian melanjutkan perjalannnya ke tempat wisata yang dituju.
Beberapa kali saya mengunjungi kota Salatiga. Kota ini memiliki kuliner yang membuat hatiku jatuh hati. Antara lain baksonya yang terkenal enak, Singkong Keju D9, enting-enting gepuk yang berasa kacang enak banget dan manis legit. Nah, salah satu kuliner yang baru-baru ini saya coba adalah gethuk kethek.Â
Awalnya saya heran dengan namanya yang aneh. Memangnya seperti apa sih rasa gethuk itu? Mengapa kok dinamakan gethuk kethek? Bukankah kethek itu monyet? Apa hubungannya dengan makanan gethuk?
Banyak yang mengatakan bahwa gethuk ini enak. Tempat warung jualan gethuk kethek berada di dekat Singkong Keju D9. Di Jalan Argo Tunggal. Kampung Ledok Salatiga. Ternyata Kampung Ledok ini merupakan perkampungan sentra produksi makanan berbahan dasar singkong dan ubi.
Banyak berjajar toko-toko yang menjual singkong goreng berbagai rasa, timus, gethuk dan makanan olahan dari bahan singkong. Seolah surganya makanan singkong deh. Meskipun berbahan dasar singkong dan ubi, tetapi makanan di sini memiliki cita rasa enak. Mereka pandai mengolah bahan pangan singkong, menjadi makanan yang berbeda dan berkelas.
Hari Minggu, sudah menjelang sore saat saya tiba di sana. Saya menuju tempat toko gethuk kethek. Harus mengantri. Memesan terlebih dulu, kemudian menunggu dibuatkan. Demi rasa penasaran saya, maka saya rela menunggunya. Nah, benar saja, saya merupakan pengantre yang terakhir, karena setelah itu pesanan gethuk habis. Syukurlah, masih bisa mencicipinya. Meskipun saya memesan 4 dus dan hanya bisa mendapatkan 3 dus saja.
Ternyata menurut cerita, dulu pemiliknya mempunyai kethek (monyet) yang ditaruh di depan rumahnya. Bisa menjadi tetenger (tanda) buat pembeli agar mudah mencari lokasi.Â
Monyet ini merupakan peliharaan sang pemilik warung gethuk kethek. Maka untuk mempermudahnya, gethuk ini dinamakan gethuk khetek, meskipun makanan ini tidak ada hubungannya dengan kethek, hehehe... O, begitu ya? Â