Gedung Karesidenan Pati adalah sebuah bangunan tua yang dibangun pemerintah Belanda akhir tahun 1800. Lokasinya berada di Jl. P. Sudirman, Pati, Jawa Tengah.
Depan Gedung SMAN 1 Pati, yang juga merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda. Pada zaman dulu merupakan rumah tinggal Residen Belanda untuk Wilayah Karesidenan Pati. Pernah menjadi rumah dinas Kepala Bakorwil-I Jawa Tengah predikat pengganti Residen. Tetapi untuk saat ini, sementara waktu belum berfungsi lagi.
Bangunannya kokoh mirip istana dengan halaman luas dan danau yang ditanami bunga teratai merah. Beberapa pohon langka yang menjulang tinggi, sangat mendukung keangkuhan bangunan tersebut.
Beberapa bangunan pendukung, juga berada di sekitar bangunan utama. Sangat luas. Mencerminkan bahwa dahulu bangunan Gedung Karesidenan Pati merupakan bangunan mirip istana kecil pada zamannya dan megah.
Menikmati peninggalan zaman dulu. Nuansa kuno dan jadul. Beberapa tempat memang sangat artistik, misteri dan berbeda dengan zaman sekarang. Bahkan sering juga untuk sesi foto pre wedding dengan latar belakang bangunan zaman Belanda.
Kasuari itu sendiri telah berusia puluhan tahun. Biar anak-anak lebih mengenal alam dan penghuni di dalamnya, termasuk binatang dan pepohonan. Juga makhluk lainnya yang tidak tampak.
Kami memanggilnya dengan panggilan akrab pak Jenggot karena ia berjenggot. Hehehe... Karena telah lama mengenal beliau itulah, maka kami bisa memiliki kesempatan mengitari sekitar bangunan hingga belakang dan dalam.
Kami mendengarkan dengan seksama sambil mengangguk. Katanya, sekitar tahun 1976, bapak Sri Sultan Hamengkubowo ke IX pernah bermalam di gedung tersebut.
Salah satu ruang yang hingga sekarang sakral sekali, merupakan ruangan yang pernah ditempati Sri Sultan. Akan tetapi, paduka sendiri tidak tidur, hanya berjaga di luar sambil merenung. Dan sekarang ruang tersebut dinamakan Ruang Sri Sultan. O, begitu ya. Benar- benar bersejarah dan memiliki banyak cerita.
Dulu suami saya yang juga berhobi melukis, sering memesan spanram pada pak Naswan. Sekarang, ia masih menerima pesanan pigura dari beberapa kenalan yang berkunjung ke sini.
Lalu kamipun di ajak ke halaman belakang. Sebuah bangunan yang sudah tidak berfungsi dan tertutup rapat. Dulunya berfungsi sebagai kandang kuda. Pernah juga difungsikan sebagai kamar kos para pegawai pada saat gedung masih berfungsi sebagai kantor. Kemudian sebagai gudang dan akhirnya sekarang dibiarkan kosong dan tidak berfungsi.Â
Bangunan yang terlihat kuno dengan rerumputan yang meninggi memberi kesan seram. Tetapi kata pak Naswan, ia bersikap biasa dan tidak takut, saat kami tanya, apakah ia tidak takut setiap hari menghadapi situasi seperti ini. Asal kita saling menghormati dan tidak saling mengganggu, pasti aman. Jangan biarkan otak kita kosong, agar makhluk lain yang tak tampak pun tidak akan mengganggu, lanjutnya.
Banyak cerita yang ada selama ia menempati bangunan ini. Tetapi, ia mengganggapnya hal biasa saja. Bahkan bangunan yang dulu ia tempati itu, pernah dijadikan lokasi uji nyali di sebuah televisi swasta yang dipandu oleh Tukul Arwana.
Ada kenangan manis, dari putrinya. Dua buah sepeda yang masih ia simpan di sana. Katanya sepeda itu milik kedua putrinya pada saat sekolah. Putrinya tidak pernah menuntut berlebihan dan menerima keadaan. Ia sangat bangga pada kedua putrinya. Semoga barokah ya pak, kata kami.
Tumpukan jerami berada di bawah pohon beringin yang tumbuh di sana. Biji beringin yang berwarna merah banyak jatuh di tumpukan jerami. Indah sekali. Akar pohon beringin yang menjuntai ke bawah, benar-benar memberikan sensasi yang tak biasa. Seperti berada si suatu tempat yang tak biasa.
Nampaknya beliau sudah menyatu dengan bangunan ini. Jelas saja, karena sejak tahun 1971 beliau sudah bekerja menjaga gedung. Dari sejak masih belum berkeluarga hingga memiliki keluarga dan bercucu.
Kemudian kami di ajak ke depan. Dekat lapangan tenis. Hanya lapangan tenis yang masih berfungsi. Dua lapangan tenis, masih digunakan oleh masyarakat kota Pati. Pak Naswan sangat populer di kalangan pengguna lapangan.Â
Di sebelah lapangan tenis, terdapat bangunan baru. Tempat inilah yang sekarang ia tempati untuk beristirahat di sela waktunya menjaga gedung Karesidenan. Sambil menyalurkan hobinya membuat pigura foto dan menerima pesanan. "Kalau ada memesan pigura foto, bisa memesan kepada saya, ya," katanya sambil promosi. Siap....
Biji kenari. Kamipun ingin tahu, seperti apa isi biji kenari. Karena keras, kami tidak berhasil membukanya dengan tangan kosong. Ketika pak Naswan tahu, langsung ia mengambil palu dan tali plastik dan mengajari kami cara membuka kenari. Hahaha... sungguh baik hati beliau ini. Bahkan mencarikan beberapa biji kenari yang sudah jatuh. Dengan suka cita, kamipun belajar membuka kenari.
Kami pulang. E tapi, saat baru beberapa meter keluar dari lokasi, kami dikejutkan oleh sesosok makhluk kecil yang nampaknya ingin ikut dengan kami. Baby cobra. Aduh... please deh, turun dulu ya dik, jangan ikut kami. Nanti dicari emakmu loh, kan ngeri tuh. Untung saja baby cobra mau turun dan berlari menjauh dari kendaraan. Jadi aman. Fuuuiii....
Pengalaman yang amazing...
Semarang, 6 Februari 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H