Bangunan yang terlihat kuno dengan rerumputan yang meninggi memberi kesan seram. Tetapi kata pak Naswan, ia bersikap biasa dan tidak takut, saat kami tanya, apakah ia tidak takut setiap hari menghadapi situasi seperti ini. Asal kita saling menghormati dan tidak saling mengganggu, pasti aman. Jangan biarkan otak kita kosong, agar makhluk lain yang tak tampak pun tidak akan mengganggu, lanjutnya.
Banyak cerita yang ada selama ia menempati bangunan ini. Tetapi, ia mengganggapnya hal biasa saja. Bahkan bangunan yang dulu ia tempati itu, pernah dijadikan lokasi uji nyali di sebuah televisi swasta yang dipandu oleh Tukul Arwana.
Ada kenangan manis, dari putrinya. Dua buah sepeda yang masih ia simpan di sana. Katanya sepeda itu milik kedua putrinya pada saat sekolah. Putrinya tidak pernah menuntut berlebihan dan menerima keadaan. Ia sangat bangga pada kedua putrinya. Semoga barokah ya pak, kata kami.
Tumpukan jerami berada di bawah pohon beringin yang tumbuh di sana. Biji beringin yang berwarna merah banyak jatuh di tumpukan jerami. Indah sekali. Akar pohon beringin yang menjuntai ke bawah, benar-benar memberikan sensasi yang tak biasa. Seperti berada si suatu tempat yang tak biasa.
Nampaknya beliau sudah menyatu dengan bangunan ini. Jelas saja, karena sejak tahun 1971 beliau sudah bekerja menjaga gedung. Dari sejak masih belum berkeluarga hingga memiliki keluarga dan bercucu.
Kemudian kami di ajak ke depan. Dekat lapangan tenis. Hanya lapangan tenis yang masih berfungsi. Dua lapangan tenis, masih digunakan oleh masyarakat kota Pati. Pak Naswan sangat populer di kalangan pengguna lapangan.Â
Di sebelah lapangan tenis, terdapat bangunan baru. Tempat inilah yang sekarang ia tempati untuk beristirahat di sela waktunya menjaga gedung Karesidenan. Sambil menyalurkan hobinya membuat pigura foto dan menerima pesanan. "Kalau ada memesan pigura foto, bisa memesan kepada saya, ya," katanya sambil promosi. Siap....
Biji kenari. Kamipun ingin tahu, seperti apa isi biji kenari. Karena keras, kami tidak berhasil membukanya dengan tangan kosong. Ketika pak Naswan tahu, langsung ia mengambil palu dan tali plastik dan mengajari kami cara membuka kenari. Hahaha... sungguh baik hati beliau ini. Bahkan mencarikan beberapa biji kenari yang sudah jatuh. Dengan suka cita, kamipun belajar membuka kenari.
Kami pulang. E tapi, saat baru beberapa meter keluar dari lokasi, kami dikejutkan oleh sesosok makhluk kecil yang nampaknya ingin ikut dengan kami. Baby cobra. Aduh... please deh, turun dulu ya dik, jangan ikut kami. Nanti dicari emakmu loh, kan ngeri tuh. Untung saja baby cobra mau turun dan berlari menjauh dari kendaraan. Jadi aman. Fuuuiii....
Pengalaman yang amazing...
Semarang, 6 Februari 2018.