Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kopi dan Jeda Kepergianmu yang Tak Lama

4 September 2017   21:41 Diperbarui: 9 September 2017   19:20 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Klik! 

Kamera kumatikan. Save. Video ini, akan aku kirimkan kepadamu. Nanti, saat jam makan siang. Saat kamu sedang istirahat, di sana, jauh dariku. 

Aku lalu tertawa dalam hati. Ingatanku kemudian melayang pada masa itu. Aneh, aku menyebutnya seperti itu. Kamu datang, pas, saat waktu minum kopi. Setiap aku menyeduh kopi dalam sebuah cangkir, wajahmu ada di sana. Walaupun telah teraduk, saat gula telah tercampur kopi dan menjadi satu kesatuan, wajahmu tetap ada, menempel di secangkir kopiku ini. Bahkan mungkin akan bertambah manis, walau tak perlu menambah gula kembali.

Pada saat itu. Kamu mungkin tak pernah merasa. Tapi aku pengamat sejatimu. Sejak awal kau masuk di kantor ini dan menggantikan Tomi yang duduk di meja ke lima, aku terpikat olehmu. Sorot matamu tajam seperti elang, tegap dengan baju rapi garis-garis biru. Hingga suatu hari, kita bertemu hampir bertubrukan di depan dispenser kantor, saat aku menyeduh kopi hitam kesukaanku.

"Kamu? Suka kopi juga?"

"Iya...."

"Kita belum kenalan ya? Padahal hampir seminggu aku di kantor ini."

"Iya...."

"Dari tadi iya mulu..." katamu sambil menyembunyikan senyum geli. 

Akhirnya, ngobrol ramai hingga tawa berderai selalu terdengar.

Lalu tentang kopi? Aku masih saja menyukainya. Setiap sore menjelang pulang kantor, aku selalu menyeduh kopi pada sebuah cangkir, cangkir yang sama, yang kuberi kode namaku: Fadi bawah cangkir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun