Aku tertunduk, rasa-rasanya ingin saja berlari menuju langit dan memeluk bintang. Menari bersamanya, karena begitu bahagianya aku. Tapi saat aku kembali terpental ke sisimu lagi, sesuatunya menjadi redup. Aku tahu, kau terlalu sempurna bagiku. Apalah aku, dibanding kau. Aneh, mengapa aku menjadi ragu?Â
"Bolehkah aku meminta waktu untuk berpikir?" jawabku.
"Ya, ya, baiklah, jika itu terlalu cepat untukmu." katamu bijak.
Sejak itu, aku menghindar darimu dan pergi menjauh darimu.
Cinta yang kupunya untukmu, menguar seiring waktu. Aku tak memiliki cukup keberanian untuk menjawab lamaranmu. Oh, jika saja kau tahu, betapa aku bukan siapa-siapa, pasti kau akan kecewa.Â
Aku berbohong padamu!
Aku tak pernah ke luar negeri seperti yang kuceritakan. Aku tak sepandai yang seperti kau kira. Aku tak memiliki apa-apa. Bahkan aku hanya sebatang kara. Tak memiliki siapapun, kecuali memilikimu, yang begitu percaya padaku. Hanya satu hal yang mungkin layak kau percaya, aku mencintaimu. Dan itu tak bohong.
***
Jika semuanya terlambat, itu karena kesalahanku.Â
Aku datang padamu, saat kau telah tak berdaya. Oleh sekian banyak selang yang menghiasi tubuhmu.Â
"Rico, aku menerima lamaranmu, aku mau menikah denganmu. Aku tak memiliki siapapun kecuali kau."