"Kakak pulanglah! Nanti bila telah tiba waktunya, kakak juga akan kembali ke sini,"Â
Teman kecil bertujuh menjauh, mereka melambaikan tangan. Aku menangis, memanggil mereka. Tapi mereka tetap pergi, semakin jauh dan kian jauh, hingga tak bisa menjangkaunya.
Tinggallah aku seorang diri, di hamparan rumput hijau dengan bunga warna-warni. Aku mendengar suara lembut memanggil namaku, disertai sesegukan kecil. Aku mengenal suara itu. Suara ibu! Tapi aku bingung, darimana arah suara itu.Â
Aku mencari suara ibu. Suara yang terdengar sayup, kemudian terdengar jelas. Oh, sayup lagi, lalu jelas kembali. Tiba-tiba tampak lorong cahaya. Aku segera bergegas mendekati lorong cahaya. Suara ibu semakin jelas, dan aku seperti terpental dalam suatu tempat yang tidak aku mengerti. Entahlah!
"Jil, bangun nak, ibu sayang kamu. Jil, ayo bangun nak..."Â
Suara ibu, jelas di telinga, diiringi suara doa-doa, surat Al-Fathihah dan surat Yasin.Â
"Ibu..." suaraku serak memanggil ibu. Ibu kaget, wajahnya tampak bahagia, saat aku memanggil namanya.Â
"Jil, kau bangun nak, Alhamdulillah..."Â
"Aku dimana ibu?"Â
"Kamu di ruang ICU nak."Â
Kupandang atap ruang ICU yang putih, asing sekali. Sekelebat wajah Sonia tampak tersenyum, seakan menanyakan sesuatu. Aku membalas senyumannya.Â