Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hei, Aku? Namaku Jil!

23 Agustus 2016   07:41 Diperbarui: 23 Agustus 2016   08:18 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mencoba berjalan menuju sungai, suara gemericik air kian kentara. Oh, ada suara tertawa riang, dari arah sana. Sepertinya suara anak-anak bermain. Segera aku menuju ke sana. Tujuh anak perempuan, berbaju warna-warni, indah dan ceria. Berambut panjang hitam legam, beberapa anak berkepang dua. Mereka manis dan cantik. 

Hei, bermain petak umpet, asyik sekali, hingga mereka tak melihat kedatanganku. Salah satu dari mereka, seperti tak asing bagiku. Berambut panjang terurai, agak bergelombang, parasnya manis. Memang tidak terlalu putih wajahnya, tapi manis. Aku mendekatinya, lalu menyapanya. 

"Hai, adik, boleh aku tahu namamu?" 

Dia menengok ke arahku. Bulat matanya polos, indah sekali. Ia tersenyum, hanya tersenyum, tanpa menjawab pertanyaanku. Lalu ia menggandeng tanganku, mengajak bermain bersama. Aku mengikuti langkahnya, menuju teman-temannya berada. Tak kuduga, mereka menyambut dengan riang gembira dan mengajak bergabung. Aku tentu saja suka sekali. Mereka teman kecilku, aku yang menyebutnya begitu. 

Permain beralih. Permainan ular naga. Aku berada diurutan paling belakang. Wah, bisa jadi, nanti aku tertangkap, dan harus masuk dalam barisan salah satu penjaga. Duh, asyik sekali. Aku larut dalam permainan. Setelah puas bermain ular naga, mereka bermain kejar-kejaran. 

Aku sangat gembira, hingga tak terasa menjadi lelah. Nafasku tersengal dan mulai batuk-batuk. Salah satu teman kecilku yang wajahnya tidak asing tadi menghentikan permainan, lalu bertanya, "Kakak kenapa? Capek ya? Ayo teman-teman, kita berhenti dulu, kita beristirahat. Kakak capek." 

Berdelapan istirahat, duduk nyaman di hamparan rumput hijau. Di sini ada bunga berwarna-warni, berbagai pohon buah sedang berbuah lebat. Aku merasa nyaman. 

Teman kecilku, yang kuberi nama Sonia, bertanya, "Kenapa kakak di sini? Harusnya kakak tak boleh berada di sini," 

"Memangnya ini tempat apa? Indah dan nyaman. Aku suka tempat ini. Boleh kan aku menetap di sini?" 

"Kakak tak boleh di sini, belum saatnya. Kakak harus pulang, ibu kakak sedang menunggu dengan hati yang resah. Kakak tidak sayang pada ibu?" 

"Kakak sayang pada ibu, tapi kakak merasa nyaman di sini. Boleh kan, aku tinggal di sini untuk beberapa saat lagi?" tanyaku kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun