Tahun 2045. Ben mencari sepatunya. Klik! Ia menyentuh layar yang ada di pergelangan tangannya. Dori segera datang membawa sepatu yang diinginkan Ben.
“Makasih Dori,”
“Sama-sama Ben,”
Kemudian Dori berlalu dari hadapan Ben. Hari ini, 17 Agustus 2045, Ben akan upacara di sekolahnya, memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke-100. Satu abad usia kemerdekaan, tentu sangat istimewa dan diperingati dengan suka cita. Ben menjadi petugas upacara sebagai pemimpin upacara. Untuk itu ia telah melakukan persiapan yang maksimal. Sudah sejak satu minggu lalu Ben latihan di sekolah. Pak Alvaro pelatihnya. Bersama teman-teman di sekolah Junior High School 31.Hari ini merasa sudah siap.
Sekolah Ben tak jauh dari apartemennya, hanya terpaut tiga lantai. Orangtua Ben memang sengaja menyekolahkan Ben dalam satu gedung di apartemen. Ben nyaris tak pernah keluar gedung. Hanya untuk kepentingan tertentu, butuh keluar gedung.
Situasi di luar gedung, sudah tak ada halaman. Semua fasilitas berada di dalam gedung. Ia memang tinggal di perkotaan. Ben tidak tinggal dengan orang tuanya. Orang tua Ben tinggal beberapa blok dari gedung apartemen Ben. Akan tetapi bila Ben ingin bertemu, ada alur jalan yang bisa dilalui dengan mudah. Antar apartemen memiliki jalan khusus. Bisa dengan jalan kaki atau mengendarai sepeda. Tak ada kendaraan bermotor. Sejak tahun 2038, kendaraan bermotor dilarang. Baik mobil ataupun motor. Bila ingin bepergian jauh antar kota atau negara, ada kendaraan khusus ke bandara, berbahan bakar listrik. Tentu saja harus melalui jalan besar utama dan keluar gedung. Barulah bisa merasakan dunia luar.
Meskipun di dalam gedung, segala fasilitas ada. Taman yang indah, toko, pasar dan kebutuhan lainnya. Untuk kebutuhan sayur, ada pertanian hidroponik yang modern. Sejak duapuluh tahun lalu, pertanian hidroponik berhasil dan maju pesat. Para petani memiliki fasilitas dari pemerintah untuk mengembangkan aktifitas pertanian, hingga kebutuhan pokok dalam negeri terpenuhi.
Untuk kebutuhan seperti beras dan makanan pokok lainnya tetap memakai lahan pertanian berupa sawah. Sawah ini di tempatkan di lahan tertentu, daerah khusus untuk pertanian seperti beras, ketela, gandum. Tentu saja dengan perhatian yang serius. Hampir tak pernah terjadi kegagalan panen. Semua proses penanaman olahan pangan, dari penanaman hingga panen mendapat perhatian dari petani, dengan fasilitas yang modern. Petani memiliki ilmu yang memadai tentang pertanian. Jadi, tak pernah ada kekawatiran kekurangan bahan pokok makanan. Untuk kebutuhan daging, segalanya terpenuhi dengan suksesnya peternakan, hingga tak lagi mengimport dari luar negeri. Pemimpin negeri ini memang merupakan pemimpin yang mencintai rakyatnya, karena bisa membawa kemakmuran negeri.
Ben berangkat. Tadi sudah sempat sarapan yang dimasak oleh Dori. Dori memang baik pada Ben. Itu karena Ben sayang pada Dori. Meskipun Dori hanyalah robot pelayan, tetapi karena dirawat dengan baik, bisa awet.
Sebenarnya Ben tinggal dengan Eyang Kakung*) dan Eyang Putri*). Dari mereka, Ben belajar banyak hal. Mereka tipe yang suka mengajarkan sesuatu. Tapi sejak kecil Ben sudah dibiasakan mandiri dengan bantuan Dori. Eyangnya hanya sebagai teman, agar Ben tak merasa sendiri. Meskipun begitu, Ben sangat menyayangi Eyang dan sangat menghormatinya. Ben anak yang santun. Di sekolah ada pelajaran yang mengajarkan etika ketika menghadapi orang yang lebih tua. Juga ada pelajaran tentang etika menghadapi kehidupan bermasyarakat. Jadi tak heran, ketika antar tetangga akan saling mengenal satu sama lainnya. Tidak saling cuek.
Pernah Ben kehilangan alat komunikasinya, tapi bisa kembali saat ditemukan oleh tetangganya. Padahal bukan tetangga dekat, tetapi agak jauh dari apartemennya.
Sungguh, saat ini, segalanya serba mudah dan menyenangkan.
"Ben, Eyang mau bercerita, sini duduk dekat Eyang." kata Eyang Putri pada suatu ketika.
"Iya Eyang, Ben dengarkan," sahut Ben sambil mendekat ke arah Eyang.
"Jas Merah. Jangan lupakan sejarah,"
"Maksud Eyang?"
"Dengarkan ya. Dulu tahun 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda telah menjajah selama 350 tahun lamanya. Setelah mengalami pasang surut sebagai negara yang baru berkembang, tentu saja kondisi politik saat itu juga tak menentu. Butuh waktu sembilan puluh tahun lebih bangsa Indonesia lebih bijak memahami arti kemerdekaan. Politik pada saat itu, berubah-ubah sesuai dengan kondisi bangsa dan pemimpinnya. Pergolakan politik juga sering terjadi. Misalnya tahun 1998, ada era Reformasi. Kondisi Indonesia saat itu cukup mencekam. Eyang sebenarnya belum mengerti benar, karena masih muda. Setelah era Reformasi berjalan, kondisi politik masih tidak menentu. Para elite politik masih mencari pola apa yang sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia. Hingga akhirnya, pada 2037, seorang pemimpin bangsa muncul. Pemimpin ini benar-benar dicintai dan diinginkan oleh rakyat. Makanya, hingga saat ini jejaknya terasa, membawa kemakmuran bangsa. Kamu masih umur enam tahun pada saat itu. Pembangunan berjalan pesat. Memang politik yang dilakukan oleh Pemimpin kita lebih pro rakyat, makanya ia dicintai oleh masyarakat Indonesia. Kau tahu sendiri kan? Kau harus tahu Ben, meski kamu masih JHS,dulu SMP pada jaman eyang, tapi eyang berharap, di tangan para pemuda sepertimu, bangsa Indonesia mampu menjaga dan mempertahankan apa yang telah dihasilkan saat ini.”
“Baik Eyang,” kata Ben manggut-manggut. Ia mengerti, di sekolahnya juga diajarkan. Meski tak harus mengerti benar, tapi paling tidak menjadi dasar pemikirannya yang akan terpakai hingga kelak ia dewasa.
***
Ben semakin deg-degan. Ini kali pertama memimpin upacara di sekolahnya. Upacara khusus memperingati Kemerdekaan RI yang ke 100 tahun. Usia seabad ini, Indonesia telah menemukan jati dirinya, menjadi negeri yang kaya raya dan makmur.
“Kepada, Sang Merah Putih, hormaaaaat..... graaak....!”
Dan ketika di akhir upacara, Ben telah berhasil memimpin upacara dengan sukses. Ia lega, sekaligus bangga. Ia bangga sebagai anak bangsa. Ia bangga telah dilahirkan sebagai putra Indonesia. Ia bangga memiliki pemimpin negara yang mencintai rakyatnya. Tugasnya kelak adalah mempertahankan apa yang telah diraih oleh pendahulunya, agar senantiasa terjaga dalam kondisi yang stabil seperti sekarang, bila perlu bahkan lebih meningkat kebaikannya.
Note:
*) Eyang Kakung = Kakek
*) Eyang Putri = Nenek
Dirgahayu Negeriku, Indonesiaku.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemerdekaan RTC
Semarang, 18 Agustus 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H