Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Bulan Kemerdekaan RTC] Ben, Pemimpin Upacara di 2045

18 Agustus 2016   11:24 Diperbarui: 18 Agustus 2016   11:34 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh, saat ini, segalanya serba mudah dan menyenangkan.

"Ben, Eyang mau bercerita, sini duduk dekat Eyang." kata Eyang Putri pada suatu ketika.

"Iya Eyang, Ben dengarkan," sahut Ben sambil mendekat ke arah Eyang.

"Jas Merah. Jangan lupakan sejarah,"

"Maksud Eyang?"

"Dengarkan ya. Dulu tahun 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda telah menjajah selama 350 tahun lamanya. Setelah mengalami pasang surut sebagai negara yang baru berkembang, tentu saja kondisi politik saat itu juga tak menentu. Butuh waktu sembilan puluh tahun lebih bangsa Indonesia lebih bijak memahami  arti kemerdekaan. Politik pada saat itu, berubah-ubah sesuai dengan kondisi bangsa dan pemimpinnya. Pergolakan politik juga sering terjadi. Misalnya tahun 1998, ada era Reformasi. Kondisi Indonesia saat itu cukup mencekam. Eyang sebenarnya belum mengerti benar, karena masih muda. Setelah era Reformasi berjalan, kondisi politik masih tidak menentu. Para elite politik masih mencari pola apa yang sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia. Hingga akhirnya, pada 2037, seorang pemimpin bangsa muncul. Pemimpin ini benar-benar dicintai dan diinginkan oleh rakyat. Makanya, hingga saat ini jejaknya terasa, membawa kemakmuran bangsa. Kamu masih umur enam tahun pada saat itu. Pembangunan berjalan pesat. Memang politik yang dilakukan oleh Pemimpin kita lebih pro rakyat, makanya ia dicintai oleh masyarakat Indonesia. Kau tahu sendiri kan? Kau harus tahu Ben, meski kamu masih JHS,dulu SMP pada jaman eyang, tapi eyang berharap, di tangan para pemuda sepertimu, bangsa Indonesia mampu menjaga dan mempertahankan  apa yang telah dihasilkan saat ini.”

“Baik Eyang,” kata Ben manggut-manggut. Ia mengerti, di sekolahnya juga diajarkan. Meski tak harus mengerti benar, tapi paling tidak menjadi dasar pemikirannya yang akan terpakai hingga kelak ia dewasa.

***

Ben semakin deg-degan. Ini kali pertama memimpin upacara di sekolahnya. Upacara khusus memperingati Kemerdekaan RI yang ke 100 tahun. Usia seabad ini, Indonesia telah menemukan jati dirinya, menjadi  negeri yang kaya raya dan makmur.

“Kepada, Sang Merah Putih, hormaaaaat..... graaak....!”

Dan ketika di akhir upacara, Ben telah berhasil memimpin upacara dengan sukses. Ia lega, sekaligus bangga. Ia bangga sebagai anak bangsa. Ia bangga telah dilahirkan sebagai putra Indonesia. Ia bangga memiliki pemimpin negara yang mencintai rakyatnya. Tugasnya kelak adalah mempertahankan apa yang telah diraih oleh pendahulunya, agar senantiasa terjaga dalam kondisi yang stabil seperti sekarang, bila perlu bahkan lebih meningkat kebaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun