[caption caption="dokpri"][/caption]
tolong beritahu aku mengapa, ketika seseorang mulai takut akan kecemasan,
mungkin percaya bahwa mereka beramai-ramai membicarakan dirinya,
bahwa suatu hari nanti, bila saat itu akan datang,
sedang bekal tak lagi cukup untuk dibawa,
tentu kecemasan kian menjadi, tiba-tiba ingin berlarian menuju bukit untuk bersembunyi,
bukankah ia yang akan menujumu mampu menembus segala kondisi di mana pun kau berada?
demi mengejar apa yang berada di langit ke tujuh, seumpama kau mengawalinya dengan wajah yang terpucat,
sebab pintu mulai membuka, mengarah ke segala penjuru,
kau tak mampu menghindarinya, pasrahlah yang ada, tinggal kesakitan yang teramat sangat,
Â
keberangkatanmu dan kepulanganmu,Â
meniupkan kecemasan bagiku,
sedang aku juga tak memiliki bekal yang sama sepertimu?
Â
harusnya kecemasan ini mulai aku kurangi, dengan serpihan putih lagi bersih, mengalirkan mata air menjadi batu,
agar bekal menjadi cukup dan tak perlu lagi cemas,
aku menuju-Mu, dengan bawaan kebajikan yang lebih berat, melebihi hitamku.
Â
Semarang, 19 Juli 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H